20. Kidnapped

12.3K 1.1K 14
                                    

Rencana konyol Eros terlaksa, tapi bedanya Cessa tidak sendirian, melainkan pasangan prik itu juga ikut-ikutan berbaring di kubangan sawah.

Cessa luar biasa malu karena warga desa justru berpindah menyaksikan mereka, alih-alih balapan traktor di seberang sana yang masih berlangsung.

"Senyum yang manis!" Violet setengah berseru saat memberikan aba-aba sembari mengacungkan ponselnya yang telah terbungkus plastik bening khusus.

Cessa sudah berdiri hendak kabur terpaksa gagal, dihentikan oleh sebelah tangan ramping Violet berhasil membelit perutnya alhasil bokong Cessa menghantam lumpur, menyisakan tanah becek itu terciprat ke mana-mana.

"Jangan kasar. Lihat, muka cebong langsung tegang gitu," tegur Eros halus.

Violet meringis lalu buru-buru bangun, memastikan jemarinya tidak terlalu kotor barulah Violet berani mengelus pipi Cessa dengan raut wajah bersalah.

"Maaf, kelepasan."

Cessa mengerjap, padahal sebenarnya cuma kaget, tapi melihat Eros mesem-mesem tengil di balik punggung Violet membuat Cessa paham.

"Mama, fotonya boleh sambil duduk aja?" tanya Cessa lugu, memeluk lengan Violet. "Aku mulai dingin." Sejujurnya Cessa lebih takut cacing yang bisa saja diam-diam menyelinap masuk ke celananya.

Violet bergumam mengiyakan, beralih mengangkat tubuh mungil Cessa, memangkunya kalem. Di detik yang sama Eros berpindah posisi, merapat sendiri pada sang kekasih dengan ponsel telah berada di tangannya.

Bagi Cessa, kali ini baru bisa dikatakan sedikit normal, bukan seperti tadi cara pengambilan gambar layaknya korban pembunuhan.

"Kenapa ketawa?" Eros menatap sang balita heran. Penasaran, Violet ikut menunduk, mengamati rupa bulat di bawah dagunya.

Cessa mengangkat tangan kanan, tersenyum lebar hingga memperlihatkan gigi susu berderet apik. "Aku beneran bahagia sama kalian. Makasih, udah bawa aku!" serunya.

Untuk sejenak Eros tambah melongo sementara reaksi Violet langsung terkekeh geli lalu meraih jemari mungil Cessa, meremasnya lembut.

"Tiap kita pergi ke suatu tempat, pasti setelahnya lo bakal ngomong 'aku bahagia, makasih'..." Gadis berambut pendek tersebut mengecup sekilas puncak kepala Cessa. "Apa hidup lo semenderita itu?" tanyanya penasaran.

Cessa terdiam. Saking lamanya kedua orang dekat Cessa kompak bungkam, tatapan itu tadinya cerah berangsur redup kemudian.

"Apa hidup lo semenderita itu?"

Tidak ada yang salah dari ucapan Violet hanya saja Cessa yang kembali teringat kehidupan pertamanya setelah sekian lama. Berbulan-bulan di dunia ini.

Di masa lalu, Cessa pikir sudah dibuat mati rasa karena teramat sering patah, harga diri terinjak-injak bagaikan hidupnya tertempeli kesialan. Namun, kejadian aneh yang dia alami lalu menerima ... pemikiran itu ternyata salah, sisi emotional Cessa kembali merangkak normal.

Sementara Eros yang mulai tak nyaman dengan keheningan terjadi apalagi tatapan balita itu yang mendadak kosong, menangkup pipi Cessa. Menghadapkan padanya.

"Hei, kenapa?" Eros melirik Violet yang mengedikkan bahu, sama linglungnya. "Muka lo ini gak cocok berkerut-kerut soalnya keliatan tua," lanjut Eros mengetuk dahi Cessa gemas.

Tersadar dari lamunan, Cessa menggeleng cepat dengan tangan berusaha mendorong wajah Eros.

"Jangan dekat-dekat!" Cessa setengah memekik agak waswas tubuhnya bakal tergencet karena duduk di antara mereka. "Seka... sekarang aku udah enggak menderita. Kan, ada kalian semua!" ujar Cessa serius.

Gummy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang