3. Princessa (a)

23.9K 1.8K 9
                                    

"Ini semua salah kamu!" Violet berteriak, sekonyong-konyongnya menubruk Eros yang baru tiba. "Cessa hilang!" lanjutnya kesal.

Punggung Eros seketika menghantam tanah lalu mengerjap linglung memandangi gadis berambut pendek duduk di atas perutnya.

"Ce... Cessa hilang?" Eros memastikan tergagap, pasrah saja tangan Violet berpindah mencengkeram kerah jaket kulitnya.

"Iya, brengsek! Ini semua salah kamu!" Violet menjawab gusar bikin Eros menghela napas berat sambil berupaya melepaskan diri.

"Bukan salah aku, oke? Aku dan Chester pergi ke bagian hutan terdalam, seperti biasa menghapus jejak yang tersisa." Eros mendorong perlahan tubuh Violet.

"Kita bisa cari sama-sama, anak seusia kaya Cessa itu emang lagi lincah-lincahnya." Eros tersenyum tipis, mengusap lembut lengan sang kekasih.

Violet menatap datar.

Eros menelan ludah.

Chester awalnya berdiri diam menyaksikan, pada akhirnya berbicara dan terkesan menyudutkan.

"Cari sendiri, udah jelas bukan salah kami. Bisa-bisanya lo lengah." Raut wajah Chester berubah dingin. "Lo ngapain tadi?"

Kejengkelan Violet bagaikan tersapu angin, bibirnya terkantup rapat. Tidak ada yang bersuara. Keheningan berlangsung lama hingga Chester memasuki tenda tempat mereka semalam tidur berempat, berulah Violet bereaksi dengan meremas pergelangan Eros.

"Chester kayaknya marah." Violet berbisik resah. "Aku cari Cessa dulu." Tanpa memedulikan seruan Eros, Violet berlari masuk ke hutan di mana Chester bersama Eros sempat keluar dari sana.











***







Cessa bersandar di bawah pohon,
kakinya selonjoran dengan luka baret di mana-mana. Dia letih setengah mati. Rasanya ingin tidur, tapi setiap terpejam pikiran Cessa bakal paranoid segala kemungkinan buruk yang terjadi.

Bagaimana jika berbaring pulas, binatang puas datang lalu mencaplok kepalanya. Terlalu mengerikan.

Alih-alih kembali ke tenda, Cessa justru mengelilingi tempat yang sama seolah-olah berada di labirin buntu, buat Cessa panik dan berlari ke sana sini, berakhir dia tersandung akar pohon yang mencuat.

Kejadian itu terjadi sebelum Cessa tepekur seperti sekarang.

"Katanya doa anak yatim piatu cepat terkabul." Cessa menelan ludah pahit, matanya mulai memanas. "Pengen ketemu mereka, enggak papa kelakuan orang-orang itu agak lain."

Cessa menunduk terkantuk, tidak mampu terus-terusan menahan kesadarannya supaya terjaga.










***









Violet menutup mulut yang menganga dengan telapak tangan, kelewat tidak percaya apa yang matanya lihat. Buru-buru menyusul sosok jangkung tengah membawa makhluk mungil dalam dekapan.

"Kaizar?!" Violet nyaris histeris. "Kenapa lo ada di sini? Ini misi kami bertiga, seharusnya lo di kota. Besok kami udah pulang." Violet melotot cemas.

"Jadi, anak ini yang kalian maksud?" Kaizar mengabaikan tanda tanya di air muka Violet.

Gadis ramping berjalan di sebelah Kaizar berdecak lirih, mengigit sesaat sudut bibir menahan diri tidak memaki. "Iya..." Violet melirik Cessa yang terpejam pucat.

"Namanya Cessa. Kami sepakat bawa dia ke kota sekalian cari tau identitasnya, gue penasaran orang tolol mana yang tinggalin bocah di tengah hutan!" lanjutnya berapi-api.

Kaizar mengangguk.

"Lo setuju?" Violet meraih jemari mungil Cessa yang terkulai di dekat pinggang Kaizar, memegangi halus. "Cessa pingsan, gue kira tidur." Violet kaget.

Kaizar kembali mengangguk. Violet sendiri hanya bungkam kemudian sepanjang jalan, di sisi lain bisa membayangkan ekspresi terkejutnya Eros dan Chester nanti, akan kehadiran Kaizar di antara mereka.







***







Terbangun dengan tenggorokan kering sekaligus mata yang terasa panas, membiarkan air matanya lalu mengalir membasahi telinga.

Cessa terisak pelan. Menatap lega langit-langit tenda, dia benar-benar kembali, ingin memastikan Cessa beralih mengigit jempolnya sekuat tenaga dan ternyata sakit.

"Princessa." Panggilan itu disusul pipet menempel di bibir secara spontan Cessa mengangkat sedikit kepalanya, menyambut minuman botol yang terulur tersebut.

Dia luar biasa haus makanya menyeruput sampai tandas.

"Anak pintar." Kaizar memuji sembari menepuk puncak kepala Cessa, tanpa tahu pihak lain yang baru menyadari terdapat sosok asing bersamanya hampir tersedak.

Cessa beringsut kalut. "Hantu ... perampok!" Cessa memekik parau, setelan serba hitam seingatnya adalah perampok atau Cessa saja yang kudet.

Kaizar tersenyum geli.

Cessa mau pingsan lagi, saking kagetnya karena tiba-tiba kemunculan rambut di balik selimut di sisi lainnya.

"Eh, cebong, udah bangun." Chester menyapa. Mengulurkan tangan kanan ke pipi Cessa, menyeka air bening di sana.




***










Violet memperbaiki syal melingkari leher Cessa sementara Cessa cuma bisa manut akan ke mana nanti dia di bawa.

Cessa sungguhan ingin istirahat, tidur berjam-jam dengan nyenyak.

"Lo pasti nggak percaya cewek gila sejenis Vio bisa bersikap lembut, awalnya gue juga gitu, ngira Vio kerasukan." Eros mendekat, mengerling menggoda pada Violet yang langsung mendelik sebal.

Cessa diam menonton, bertindak lagaknya anak polos yang tidak mengerti apa-apa pembicaraan mereka kemudian.

Sesekali ucapan keempatnya terselip : kota Losia, klub akuma, misi selesai, mayat di bakar. Masih banyak, Cessa pusing mendengarnya.

"Alkohol." Cessa berkata spontan sambil menunjuk tercengang botol yang mendadak Violet keluarkan dari tas ransel.
















****








Tinggalkan vote dan komen. Vote udah bikin aku semangat lanjutin ceritanya. Jangan sider ya.

Terima kasih

Gummy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang