16. Kita Tumbuh Sama-Sama

14.9K 1.3K 17
                                    

"Nah, sekarang kita udah di kota Sevilla. Selamat datang!" Violet tahu-tahu memekik nyaring, detik itu juga Cessa terserang perasaan malu.

Posisi berdiri di tengah stasiun, menggeret koper, Violet berlari kecil mengelilingi Cessa lalu tanpa kata mencuri kesempatan mengecup sekilas pipi Eros kemudian.

Eros tadinya berniat memasukkan kepala ke paper bag yang dia tenteng, saking dibuat tidak berdaya menghadapi tingkah sang kekasih langsung terperangah.

"Akhir pekan lo cuma buat kita berdua aja, oke?" Violet tersenyum semringah sambil menepuk puncak Cessa yang tertutupi topi merah muda.

Cessa mengangguk saja.

"Iya, bertiga." Eros menimpali tersipu, sebelum Violet makin berjalan ke sana ke mari, Eros merangkul cepat pundak Violet.

"Sebelum ke penginapan kita  mampir dulu ke tempat Datuk," lanjutnya.

"Ngapain ketemu Datuk? Lagian Chester juga nggak ikut dan kita gak punya hubungan kekerabatan sama beliau." Violet protes dengan ekspresi keberatan.

"Cari muka terus kenalin anggota keluarga baru." Eros menjelaskan lembut, melirik sosok mungil berdiri di sebelah Violet. "Siapa tau boncel dapat emas batangan satu koper," ujarnya menyengir.

"Aku nggak mau, pokoknya ke penginapan!" Violet menolak ngotot, sekali sentakan tangan Eros melingar di pundaknya tersingkir.

"Mereka nggak akan macam-macam sama Cessa, ini penting." Eros tetap membujuk. "Chester yang minta, Datuknya harus ketemu Cessa!" Nada suara Eros terdengar agak memohon.

Cessa bolak-balik melihat keduanya yang saling adu mulut, suasana adem ayem sebelumnya pun telah sirna.

"Aku mau!" Cessa buru-buru bicara sebelum Eros makin membuat Violet kesal, bisa-bisa liburan dua hari ini berantakan dengan Violet yang badmood.

"Kata Papa nanti aku harus ketemu Datuk, kenalan dulu biar selamanya sama kalian..." Cessa melanjutkan berlagak polos padahal sebenarnya itu kebohongan belaka.

Eros dan Violet menunduk kompak alhasil Cessa meringis.

"Lo sempat bicara sama Chester juga? Bukannya akhir-akhir ini dia sibuk," tanya Eros kaget.

"Hm, iya, Papa." Cessa mengukir senyum manis, bergantian menantap keduanya. "Papa gendut pulang, terus pergi lagi, katanya bantu Opa kerja yang recok di kantor."

Violet mendadak membekap mulut lalu tawa gelinya terdengar.

"Papa gendut?" Violet berdehem. "Berarti kamu Papa kurus kerempeng," ujarnya ketus sambil menunjuk Eros.

Eros mendelik. "Chester itu bukan gendut, tapi ototnya yang kekar." Cowok bermata biru tersebut menghadap Cessa kemudian, sepenuhnya mengabaikan Violet.

"Kayaknya kita berangkat berdua." Eros benar-benar meninggalkan Violet, tangannya menggandeng Cessa telaten di antara banyaknya orang-orang berkeliaran di stasiun kereta.

Violet tertinggal sendirian hampir berteriak memaki, tatapan tajamnya mengarah ke punggung Eros. Sepertinya cowok itu sungguhan tidak ingin mengalah kali ini.








***










Siklus pertengkaran pasangan prik di dekat Cessa sekarang, tidak pernah sampai setengah jam lamanya. Tanpa maaf, Eros kembali menggoda Violet.

"Buka gerbangnya, sialan!" Teriakan cempreng Violet luar biasa membahana dengan menggendor pintu besi tinggi di hadapannya.

Gummy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang