Cessa kaget, selera makan hilang begitu saja. Uap cup mie di meja bar tidak lagi sedap dipandang.
"Katanya tadi nolak," sahut Cessa dengan raut masam "Jadi pria jangan plin-plan, Kak Eros selalu koar kalau cintanya habis sama Ka--Mama Violet." Nada suara si bocah perempuan agak sinis.
Eros tertegun, barangkali tidak menduga jawaban itu bakal keluar dari mulut Cessa. Eros meraih satu tangan Cessa, menempelkan lima jemari berkuku pendek itu ke bekas tamparan beberapa menit lalu.
"Mama nggak akan nyerah."
"Nenek?"
"Iya, Nenek."
Mata Eros memburam, sepertinya mau menangis sekeras apapun dia tidak akan malu selama mereka berdua saja.
"Ini terakhir kali gue disetir Mama." Eros melanjutkan sungguh-sungguh, di samping Cessa ... Eros bagaikan buku yang terbuka.
Cessa bungkam sementara Eros mulai menggosokkan telapak tangan hangat Cessa ke pipinya.
"Gue terpaksa." Satu demi satu tetes air mata kembali jatuh, bibir pucatnya mengulas senyum sakit. "Maaf, kalau bikin lo kecewa, cebong."
Tentu saja Cessa kecewa, tapi pemikiran realistis lebih mendominasi. Eros tidak bisa tetap diam di tempat, berkabung dalam duka. Harus ada yang menyembuhkan luka kehilangan itu.
Cessa menepuk punggung Eros sambil bersenandung tulus. "Aku yakin Mama Violet bahagia. Kalian hebat."
Eros tertawa lirih. "Ucapan lo bikin gue lega, cebong." Dia terpejam saat Cessa beralih mengusap bawah matanya yang basah.
"Aku mau kalian semua bahagia." Cessa berbisik, terutama Kak Kaizar~ batinnya menyambung penuh harap.
***
Chester berlagak terkejut mendapati kepala menyembul di balik pintu balkon kamarnya, tersenyum main-main, Chester memegang cepat pinggang Cessa, menggendong erat.
"Apa-apaan?!" Cessa setengah menjerit disusul kulit wajah merona. "Kak Kai, aku nggak suka." Dia mengeluh, menatap tajam Kaizar.
Kaizar meringis, bersantai di balkon bersama Agas yang duduk cukup berjarak.
"Princessa bisa jalan sendiri, lo nggak harus gendong dia, Chester."
"Cuma sebentar, gue bantuin cebong supaya cepet duduk di sini."
Chester menempatkan Cessa ke meja, menarik gemas hidung bangir itu. "Jadi, kenapa lo bertingkah kaya maling pas masuk kamar gue, cebong endut?" tanyanya.
"Mana ada, aku yakin otak kamu bermasalah." Cessa menyergah sarkastis. "Aku mau bicara serius sama Kak Kaizar." Bola mata bening itu memandangi lurus Kaizar.
Chester cemberut.
Kaizar tersenyum, mengelus punggung tangan Cessa. "Silahkan," katanya.
"Aku mau lihat buku kuno yang kamu maksud waktu itu sekalian pedang temurun keluarga Aruna," ujarnya gamblang.
"Kebetulan banget dua benda itu ada di di sini, Chester yang Kaizar percaya untuk menyimpannya." Bukan suara Kaizar melainkan Agas alhasil Cessa menoleh.
Agas bersedekap. "Lo bisa minta Chester buat nunjukin." Pada detik itu juga nama yang disebut berdiri, tidak lama datang kembali dengan menenteng kantong beludru sekaligus sarung pedang.
Cessa turun di bantu Kaizar, bukunya diletakkan di tengah meja. Ekspresi Cessa terpana sembari meremas lengan Kaizar, kala hidungnya mencium aroma kayu manis. Wangi khas Kaizar di masa silam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gummy [END]
FantasyCessa dibuat kalang kabut usai menyadari keanehan menimpa dirinya. Alih-alih mati usai jatuh dari lantai jpo, Cessa malah memasuki tubuh anak balita berusia lima tahun, mana berada di tengah hutan lagi! **** Mulai : 29.09.2023 Akhir : 02.05.2024 ⚠D...