°1.|New Student°

168 56 56
                                    

Akankah seperti Bimantara di matamu?

Apakah aku hebat dalam meluapkan seluruh suasana hatiku?
.
.

Alzen menggeser pintu kelas, menampakkan dua temannya yang sudah lama menunggu, dalam suasana kelas yang masih sepi dari para pelajar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alzen menggeser pintu kelas, menampakkan dua temannya yang sudah lama menunggu, dalam suasana kelas yang masih sepi dari para pelajar.

Arkan duduk di kursi guru, sementara Rexan si pria berkacamata dan paling pintar di kelas itu berdiri tersandar pada meja murid, dihadapan mereka ada siswa berkacamata lain yang bersimpuh dengan tangan yang gemetar dan langsung bersujud meminta ampun pada Alzen.

Wajah Alzen terkesiap, tapi detik kemudian langsung menyeringai sebelum merunduk dan menjambak rambut pria tersebut yang tidak lain merupakan Gildan, orang yang dulu sempat membully nya waktu SMP.

Gildan yang dulu seakan berbeda dengan apa yang Alzen lihat sekarang, dirinya kini mengenakan kacamata serta sikap yang tiba-tiba menjadi pecundang, berbeda saat waktu SMP dulu.

"Wah, kayaknya temen gue udah duluan, ya?" ujar Alzen melepas cengkeramannya dari rambut Gildan.

"Woy, Zen, lihat nih gue dapet gesper baru," pamer Arkan sembari menunjukkan sabuk yang dikenakannya, tidak lain merupakan sabuk milik Gildan.

"Wih ... bagus tuh," Alzen memuji seraya berjalan menuju mejanya yang berada di paling belakang dan agak jauh dari jendela, meletakkan tas yang ia bawa di sana.

"Dia cuma bawa gocap," ucap Rexan melempar uang yang sebelumnya dikepal bak bola lalu dengan mudah ditangkap oleh tangan kanan Alzen.

"Idih, miskin banget lo," ejek Alzen seraya menyimpan uangnya di saku seragam.

Alzen berjalan menghampiri lalu membungkukkan tubuhnya, bertumpu pada salah satu lutut sehingga dapat melihat wajah Gildan yang selalu membuatnya puas.

"Sekarang siapa yang jadi pecundang, dasar tolol!" Alzen menyentil kening Gildan lalu berdiri. "Gue ada perlu sebentar, kalian urus aja dia sesuka kalian, tapi jangan sampai mati .... soalnya gue belum puas sama dia."

Pemuda itu berjalan keluar dari kelas, namun dirinya seketika tersentak saat tidak sengaja bertabrakan dengan seorang siswi yang hendak masuk. Dia kesal dan langsung mendelik tajam kearah perempuan yang menatapnya.

"Lo kalau jalan pake mata!" Sewot Alzen.

Wanita itu seakan tidak terima pada perkataan tersebut. "Heh, otak kamu dimana sih? Dimana-mana orang kalau jalan pake kaki, bukan mata!"

Alzen geram, ia mengepalkan tangan dan hendak memarahi sembari menunjuk wajah perempuan itu. "Lo---"

"Apa?" Perempuan itu langsung menyahut. "Aku? Aku Narra, salken ya, tapi maaf, tanganku gak bisa pegang-pegang tangan yang gak steril kayak kamu."

Alzen langsung mencekal lengan Narra sehingga membuat perempuan itu tersentak. "Kayaknya lo dulu pernah jadi perundung, ya? Gaya bicara lo bikin gue muak."

Nuragaku ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang