° 23.|Papa's Ambition °

37 11 0
                                    

Rexan tengah menyalin beberapa materi pembelajaran ke buku catatan yang sudah terlihat hampir penuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rexan tengah menyalin beberapa materi pembelajaran ke buku catatan yang sudah terlihat hampir penuh. Ditemani lampu tidur yang diletakkan diatas meja untuk menemaninya belajar. Lembaran kertas ujian dan buku-buku yang terbuka berserakan dikasur dan lantai kamar, menampakkan banyak nilai seratus yang terpampang tanpa adanya angka lain selain nilai tersebut. Entah kenapa Rexan mulai merasa lelah, ia merasa jika hidupnya sunyi dan hening meski terlahir dengan kekayaan yang berlimpah dan kepintaran yang melebihi anak-anak seusianya.

Seorang pria berkemeja putih masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu atau ijin. Ia mengecek nilai-nilai anaknya yang cukup membanggakan.

"Bagus, papa suka sama nilai-nilai ini," ucap papa yang kemudian melangkah menuju pintu untuk keluar. Ia hanya ingin mengecek setiap hasil sekolah anaknya agar bisa dipamerkan pada teman-teman di perusahaannya.

Rexan yang geram mencengkram erat pena dengan kepala yang menunduk dalam. "Gimana kalau nilai gue turun?"

Pertanyaan itu sontak menghentikan langkah papa. "Kamu kan tahu sendiri kalau papa gak mau punya anak bodoh, jangan sampai nilai kamu turun drastis, karena kalau itu sampai terjadi ..." Papa mendelik pada anaknya. "Kamu bukan anak papa lagi, papa gak sudi punya anak yang gak bisa dibanggakan."

'Yang papa banggakan cuma nilai, bukan anak. Setiap hari papa cuma bangga banggain kebohongan yang enggak pernah papa lakuin,' batin Rexan semakin geram.

Karena saat itu ...

(☬☬)

Hampir setiap Rexan pulang kerumah, ia selalu menjumpai sang ayah yang tengah berbincang dengan teman-teman kerjanya. Mereka berempat duduk diruang tamu tanpa ada yang mempedulikan ataupun menanyakan kabar anak yang baru saja kembali dari luar.

Papa tertawa. "Nilai-nilai anak saya selalu seratus karena hasil dari didikan saya, saya selalu mengajarkan anak saya untuk terus berusaha agar nantinya menjadi anak yang berguna bagi bangsa."

"Wah, anda hebat ya pak!"

Pujian itu hanya diberikan pada papa, bukan Rexan yang baru pulang les dalam keadaan letih. Anak itu berjalan lunglai karena saat libur sekolah pun ayahnya selalu memaksanya untuk pergi les dari pagi hingga malam, bukan hanya satu les yang harus Rexan kuasai, anak itu pergi ke beberapa tempat les lainnya karena perintah papa yang tidak mengijinkannya untuk istirahat selain berada disekolah.

Pembantu rumah menghampiri Rexan yang terlihat pegal dan kantuk. "Den, malam ini mau makan apa?"

"Makanan yang awalnya terbuat dari daging rusa. Akan tetapi karena rusa sulit ditemukan pada beberapa negara, pemakaian daging rusa kemudian diganti menggunakan daging kambing, kerbau, daging sapi, ikan dan babi. Pemakaian daging sapi untuk bahan itu sendiri dimulai dari abad ke-18. Pada waktu itu, telah terjadi peningkatan produksi sapi yang sekaligus sebagai simbol kemakmuran dari bangsa Amerika," Rexan memijit keningnya yang terasa pusing, ia sepertinya tidak dapat mengendalikan otaknya sendiri.

Nuragaku ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang