°9.|Longing°

94 47 53
                                    

Jendela kamar menunjukkan sinar jingga yang memasuki ruangan tanpa ijin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jendela kamar menunjukkan sinar jingga yang memasuki ruangan tanpa ijin. Suasana kamar Alzen terasa hening dan suram. Pemuda itu keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang cukup memanas. Ia mengenakan handuk untuk menutupi pinggang sampai betis atas, sementara bagian badannya dibiarkan terbuka sehingga terlihat perut dan dada yang masih sedikit basah. Ia menggunakan handuk lain yang lebih kecil untuk digosok gosokkan pada rambutnya agar cepat kering setelah keramas.

Wajahnya masih meninggalkan beberapa tetes air, kakinya melangkah menuju meja dan melihat beberapa obat yang ia bawa dari dokter. Handuk kecil ia letakkan di atas meja sebelum dirinya melangkah mengambil gelas dan menuangkan air dari teko.

Tenggorokannya terasa nyeri, ia berkali-kali berdeham dan memijit pelipisnya karena pening lalu kemudian duduk di kursi dan menyimpan gelas pada meja. Alzen mengambil beberapa obat, membukanya sesuai ketentuan dokter dan melahapnya dalam sekali buka mulut lalu kemudian meneguk air agar dapat mempermudah dirinya untuk menelan berbagai obat yang telah diresepkan.

"Ah, sial," Alzen mendesah saat meletakkan gelas yang telah kosong di atas meja, ia memijit kening dengan senyum seringai. "Dia udah nipu gue, dasar cewek sialan."

Sebelumnya Alzen sempat percaya jika dirinya mengalami DBD, akan tetapi saat ia mencari tahu lewat aplikasi dan menanyakan pada dokter lewat ponsel, dirinya mulai geram karena Narra yang seolah mempermainkannya.

"Lo gak secantik yang gue kira, dasar licik."

Narra yang tengah minum minuman kaleng di dekat minimarket tiba-tiba tersedak. Ia terbatuk-batuk dan mengeluh.

"Menyebalkan, mereka memang anak-anak yang gak punya akhlak!" Kesalnya yang masih mengenakan seragam sekolah. "Padahal si cowok brengsek itu lagi gak sekolah, tapi kenapa teman-temannya selalu menggangguku? Argh, DASAR SIALAN!!" Teriakannya seketika memancing perhatian setiap orang yang lewat.

Narra terus menggerutu, tetapi kemudian ia menghela nafas panjang dan merenung memikirkan nasibnya. Luka di wajah telah sembuh sepenuhnya karena menjalani pengobatan menggunakan salep dokter, akan tetapi luka baru terukir pada jari telunjuk di tangan kanannya.

Ia terluka saat melindungi kepala dari kursi yang Arkan lempar ke arahnya. Teman-teman Alzen masih terus mengganggu Narra entah karena alasan apa. Narra menunduk dalam, ia mencengkram kaleng minuman dengan mata yang menahan telaga.

Saat malam tiba, rembulan menemani kesendirian Narra dalam ramainya kota. Gadis itu berjalan di taman dengan seragam yang masih terus ia kenakan seolah enggan untuk pulang. Semilir angin berhembus dingin menusuk kulit Narra yang hanya mengenakan rok pendek dan kaos kaki setinggi betis. Lehernya tidak dapat dilindungi oleh kehangatan rambut yang pendek. Ia mengusap-usap lengannya, memeluk dirinya sendiri untuk sekedar menghangatkan tubuh yang kedinginan.

"Kak Narra!" Karlin memanggil dari belakang sehingga menarik kepala Narra untuk menoleh.

Melihat gadis yang tersenyum riang seraya membawa mie cup di tangannya. Rambut Karlin terurai panjang dan sedikit bergelombang, ia menguncir beberapa helai rambutnya di bagian kanan dengan hiasan jepit rambut yang serasi dengan jaket tebal berwarna merah muda.

Nuragaku ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang