° 30.|Warehouse °

27 11 0
                                    

🔞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🔞

Tidak butuh waktu lama, setelah Narra keluar dari dapur sambil membawa nampan berisi minuman kopi panas, seketika dirinya terpatung saat melihat suasana kafe yang begitu ramai sampai mengantri hingga keluar. Narra ternganga, hal itu dilihat oleh Arkan yang kebingungan akibat melihat raut wajah tersebut, dengan santainya Arkan mengambil alih nampan itu untuk diberikan kepada pemesan yang telah menunggu.

Rexan yang awalnya bermalas-malasan kini kesulitan membagi waktu karena harus membantu Geva dan Alzen yang sibuk menyediakan pesanan. Narra masih mematung, ia tidak percaya dengan apa yang sekarang ia lihat.

"Makanannya udah gue buat semua, jadi tinggal diantar," Alzen meregangkan otot leher yang terasa pegal. "Panggil aja kalau ada yang pesan makanan lagi."

Ia berjalan keluar sambil meregangkan otot bahu hingga menemukan Narra yang masih berdiri memperhatikan pengunjung. Alzen tersenyum tipis dan langsung mencondongkan wajahnya sehingga membuat gadis yang menyadari itu seketika terperanjat kaget.

"Hei!" Narra merasa kesal sekaligus canggung.

Tangannya perlahan dicekal lembut oleh Alzen yang kemudian menariknya menuju gudang tempat persediaan makanan berada. Mereka berdua masuk dan menutup pintu dengan rapat, membuat Narra terheran-heran dengan apa yang akan Alzen lakukan.

"Ada apa?" Tanya Narra penasaran. Matanya melihat Alzen tersandar di daun pintu dengan kepala yang menunduk sambil menutupi wajah yang merona.

Narra memperhatikan sekitar sebelum kembali menoleh pada Alzen yang tersenyum misterius dengan mata yang penuh hasrat. Alzen perlahan melangkah mendekati Narra, membuat Narra merinding sampai berjalan mundur untuk menghindar. Tapi sayang, punggung Narra telah menyentuh dinding sehingga membuatnya berada dalam kondisi yang terpojokkan.

Tangan Alzen menyentuh dinding sebagai topangan saat tubuhnya berada dekat di hadapan Narra. Jantungnya berdebar kencang, wajahnya merona dengan keringat dingin yang seakan keluar.

"Alzen?" Narra cemas.

Alzen menatap mata sang gadis dengan begitu teduh, jarinya membelai lembut pipi sebelum turun menyentuh dagu Narra. Tapi matanya tidak tertuju pada itu, mata Alzen seolah terpana dengan bibir cantik Narra.

"Lo ... bikin gue penasaran," ibu jari Alzen masuk ke celah bibir Narra, hasrat di hatinya bergejolak saat wajahnya perlahan mendekati bibir itu.

Karena panik, Narra langsung mengigit jari itu sampai membuat tangan Alzen reflek menjauh seraya meringis kesakitan. Alzen mengibaskan tangannya karena sakit, bahkan bekas gigitan terukir sehingga membuat pemilik jari itu mendelik sinis pada Narra.

"Kamu mau apa?" Protes Narra.

Alzen berdecak kesal dan berbalik membelakangi Narra. "Gak jadi, lo bikin gue badmood."

Narra tertawa jengah, ia menghela nafas lalu memeluk tubuh Alzen dari belakang. Alzen membulatkan matanya dan langsung menoleh pada Narra yang masih memeluknya. Membuat hati Alzen kembali tenang dan nyaman, pria itu tersenyum tipis dan menikmati pelukan dari gadis yang hanya terdiam tanpa merasakan apapun dihatinya.

Nuragaku ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang