° 27.| Your House °

33 11 0
                                    

Kaki Narra berjalan keluar dari apartemen menuju tempat tinggalnya, tapi saat ia melewati gang sempit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaki Narra berjalan keluar dari apartemen menuju tempat tinggalnya, tapi saat ia melewati gang sempit. Matanya tidak sengaja melihat Rexan yang diam-diam merokok dan meminum alkohol. Membuat langkah Narra terhenti karena terkejut dengan apa yang sedang ia lihat.

"Rexan?" Narra mencoba memastikan, sosok itu mendelik sinis dengan puntung rokok yang tengah dihisap.

"Apa?" Ketus Rexan sambil duduk berlunjur, tangan kirinya memegang botol yang memiliki kadar alkohol. Tatapannya sangat datar, suasana hatinya hening seolah tidak ada emosi dalam diri.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Narra masih berdiri tanpa menghampiri.

Disamping itu, Alzen yang mengenakan kaos belang lengan panjang dan topi hitam diam-diam mengawasi Narra dari jauh. Ia bersembunyi dipintu utama apartemen sambil menguping sekaligus melihat tingkah Narra.

Rexan merasa terganggu dengan adanya Narra, ia membuang puntung rokok lalu berdiri dan mendekati Narra dengan wajah dinginnya. "Ini urusan gue. Gue mau mabok atau bundir, itu gak ada urusannya sama Lo."

Narra seketika bungkam, dia tidak memiliki pembahasan lainnya ketika melihat wajah Rexan yang terlihat risih.

"Mending Lo pergi aja deh, dan kalau nanti kita ketemu lagi, mending Lo pura-pura gak kenal daripada harus berhubungan serius sama gue, camkan itu bangsat," ucap Rexan melangkah pergi karena hendak bertemu kedua sahabatnya.

Tapi saat mata Rexan tertuju pada pintu apartemen, langkahnya terhenti karena melihat Alzen yang menatapnya dingin. Rexan berdecak kesal dan melanjutkan langkahnya untuk menghampiri Alzen, sementara Narra yang tidak tahu apa-apa hanya bisa menunduk dan mulai melangkah pulang.

"Jaga pacar Lo, gue masih gak suka sama dia," bisik Rexan seraya melewati Alzen begitu saja.

Alzen tidak peduli dengan apa yang sahabatnya katakan. Dia mengawasi Narra karena ingin menjaga gadis itu bahkan dari orang-orang terdekatnya.

Sepanjang jalan yang Narra lewati, Alzen selalu mengikuti dengan jarak yang cukup jauh. Pria itu sedikit menunduk sehingga sebagian wajahnya tertutupi topi. Tapi setiap Narra merasakan kejanggalan dan menoleh kebelakang, Alzen akan cepat bersembunyi dimana pun itu.

Hingga Narra tiba dirumahnya yang ternyata hanya melewati beberapa bangunan dari apartemen dan sedikit masuk ke jalanan kecil yang sulit dilewati kendaraan. Narra mengetuk pintu sebelum masuk dan disambut oleh sang nenek yang duduk diruang tv sambil tersenyum lebar atas kedatangan cucunya. Mereka tinggal ditempat yang cukup sempit, satu kamar yang pas untuk dua orang dan dapur yang menyatu dengan ruang tv.

Narra merundukkan tubuhnya untuk memeluk nenek yang sedang duduk. "Nenek udah lama nunggu, ya? Biasanya pas aku pulang pasti ada tetangga yang nemenin nenek, kenapa sekarang gak ada?" Tanya Narra mulai khawatir.

Nenek tertawa tipis. "Tadi dia pulang duluan karena harus ngurus rumah, tapi untungnya kamu udah pulang cepat biar nenek gak kesepian."

Tangan kasar dan keriput nenek mengusap lembut tangan cucunya penuh kasih nan sayang. Narra duduk disamping sang nenek, mereka tidak memiliki kursi sehingga hanya bisa duduk dilantai setiap makan atau menonton tv dengan meja yang tidak terlalu besar.

Nuragaku ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang