Arkan dan Rexan yang belum sempat tiba di rumah, terpaksa pergi karena menerima panggilan mendesak dari Narra yang kini tengah duduk di ruang tunggu sambil menggigiti kuku jempolnya. Ia berkali-kali melirik ke arah pintu UGD, menunggu suster ataupun dokter yang keluar agar bisa ditanyai mengenai kondisi kesehatan Alzen.
Tapi suasana UGD terdengar ricuh, membuat Narra kebingungan bercampur was-was. Gadis itu berdiri bertepatan dengan Arkan dan Rexan yang baru tiba.
"Ini ada apa sih? Masa si Alzen tiba-tiba masuk rumah sakit?" Arkan bertanya seraya menghampiri Narra.
Narra sejenak menatap UGD sebelum menjawab. "Aku gak tahu, kondisi dia udah parah pas aku---"
"Bukannya kalian pulang bareng?" Potong Rexan mendelik sinis pada Narra.
Narra merasa bersalah. "Seharusnya gitu, tapi Alzen malah pergi sendiri."
"Lo emang cewek sialan," Arkan terlihat kesal. "Si Alzen kayak gini pasti gara-gara lo, lo tuh cewek cupu yang punya niat balas dendam, kan? Gue tahu kok lo tuh benci ke kita gara-gara perundungan waktu itu, lo gak usah sok baik, gue udah muak liat cewek munafik kayak lo!" Jari Arkan tepat menunjuk mata Narra.
Membuat gadis itu semakin tertekan dan membeku, tapi bukan ini yang ia harapkan. Narra serius menatap Arkan dan mulai mengatakan sesuatu. "Ya, awalnya aku emang berniat buat balas dendam sih. Tapi emangnya kalian pikir aku perempuan macam apa? Hah? Aku bukan manusia bengis kayak kalian!"
Rexan menatap tajam Narra, kedua pria itu mulai kembali membenci Narra seolah menyesal karena mengijinkan sahabatnya berhubungan dengan gadis yang memiliki hubungan buruk dengan mereka.
Suara ricuh masih terdengar dari dalam UGD, membuat ketiga orang yang berada di luarnya seketika bingung dan penasaran. Narra yang cemas hendak melangkah masuk namun bahunya malah dicengkeram kuat oleh Arkan yang mengancamnya agar tidak mendekati Alzen lagi.
"Lo gak usah ikut campur, dasar jalang."
Arkan mendorong tubuh Narra hingga terduduk di kursi tunggu. Rexan dan Arkan saling bertukar pandang sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam UGD.
Tapi sayangnya mereka langsung terpatung kaku saat berada di dalamnya, melihat Alzen yang terus meronta-ronta setiap akan diobati.
"Dasar bego, lo pikir gak sakit apa dijahit tanpa bius?" Protes Alzen yang memaksakan diri meski linu.
Suster yang memegang suntikan bius dibuat kewalahan olehnya.
Alzen melotot. "Kalau emang mau dibius, kenapa gak dari tadi pas gue masih pingsan, kenapa malah sekarang?" Ia terus memberontak saat suster lain menahan tubuhnya.
"Itu jarum suntik woy! Gimana kalau sampai salah nusuk, lo mau bunuh gue?" Alzen masih tidak bisa diam.
Padahal lukanya masih mengeluarkan darah yang tentunya terasa perih dan ngilu. Arkan dan Rexan menyimak dengan tatapan datar, sampai mata Alzen berhasil menemukan keberadaan kawan-kawannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nuragaku ( On Going )
Teen FictionBagaimana jika kita dipertemukan hanya untuk menambah luka baru? Alzen yang sempat mengalami perundungan kini beralih menjadi pelaku akibat emosional yang sudah sulit untuk dikendalikan. Tetapi, sekolah seakan mewajari sikap dan perilaku buruk anak...