Bumantara kini telah menampakkan warna jingga nya membalut suasana kota. Dibawah sana, sosok pria misterius mengenakan jaket raincoat hitam perlahan menurunkan ponsel seusai menghubungi seseorang. Kupluk menutupi sebagian kepalanya, pula masker hitam menambah kesan mistis baginya.
Urat-urat di punggung tangannya seketika terlihat saat sedang menggenggam ponsel, meluapkan rasa gusar yang telah mencabik-cabik aksama.
Pengguna sneaker itu kemudian melangkahkan kakinya menuju suatu tempat, menyembunyikan kedua tangannya dibalik saku celana.
Disamping itu, Joshua bersenandung dan melompat duduk ditepi meja makan. Mengambil roti dan membuka kaleng selai strawberry yang kemudian dia oleskan pada permukaan roti hingga penuh. Wajahnya berbinar penuh kebahagiaan, mulutnya tidak henti bersenandung sambil sesekali menyantap roti.
Notifikasi panggilan tiba-tiba terdengar dari salah satu saku di celana trainingnya, menarik perhatian Joshua yang dengan santai merogoh ponsel dan melihat nomor asing meneleponnya.
"Hm ... siapa nih?" Dia mengernyit heran, tapi detik kemudian mulai tersenyum lebar. "Pasti Narra, kira-kira dia kangen sama gue gak, ya?"
Joshua menerima panggilan tersebut, tapi saat layar ponsel menyentuh daun telinganya. Sang penelpon langsung mematikan panggilan tersebut, menciptakan tanda tanya di pikiran Joshua.
"Apa, sih? Gaje banget nih orang," gerutunya kembali melihat layar ponsel.
Sebuah pesan masuk, dia membuka dan mulai membaca pesan tersebut karena penasaran.
Detik kemudian, dirinya mengerutkan kening dan tertawa getir saat memikirkan seseorang. "Fiks sih, ini pasti Narra."
Dengan cepat dia menjejalkan seluruh roti ke mulutnya lalu beranjak cepat dengan perasaan riang dan berbunga.
"I'm coming darling!" Joshua girang, dia berlari terpincang-pincang saking tidak sabarnya bertemu dengan sosok gadis yang begitu ia cintai.
Namun, saat sudah berada di tempat yang dijanjikan, di belakang kosan, tidak ada satupun orang yang Joshua temui. Bagian belakang dan sekitar bangunan ini terhalang tembok tinggi untuk menghalau kejahatan seperti maling atau perampok, memberikan rasa aman bagi mereka yang telah menyewa tempat tinggal dalam waktu lama.
"Narra!" panggil Joshua merotasikan netra ke setiap sudut bangunan.
Dia sedikit cemberut sambil mengusap tengkuk leher, tapi tubuhnya mendadak kaku setelah berbalik dan menemukan satu sosok misterius menatapnya dingin.
"Lo siapa?" Tanya Joshua mengamati penampilan sosok yang begitu tertutup.
Sosok itu tidak memiliki niat untuk melepas masker ataupun menurunkan kupluk jaketnya, hanya menatap lekat Joshua dalam waktu lama.
Melihat wajah kebingungan Joshua, membuatnya sedikit terhibur. Sosok itu meletakkan jari telunjuk di depan masker seakan memberi isyarat untuk tetap diam. Dia kemudian merogoh sesuatu dari saku jaketnya, mengeluarkan sebuah belati berukuran lebih kecil dari pisau pada umumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nuragaku ( On Going )
Teen FictionBagaimana jika kita dipertemukan hanya untuk menambah luka baru? Alzen yang sempat mengalami perundungan kini beralih menjadi pelaku akibat emosional yang sudah sulit untuk dikendalikan. Tetapi, sekolah seakan mewajari sikap dan perilaku buruk anak...