Sepasang kaki yang berjalan dikoridor sekolah saat jam pulang, tiba-tiba diselengkat saat melewati tangga utama. Kacamata yang dikenakan pria itu menggelosor jauh saat tubuhnya tersungkur akibat ulah jahil Arkan yang tengah duduk di tangga bersama kedua kawannya. Alzen sibuk menyeruput susu kotak yang sangat ia nikmati, sementara Rexan hanya menatap dingin korban yang masih tersungkur pasrah tanpa perlawanan.
"Pecundang," ucap Rexan dengan batang permen yang terjepit di celah bibirnya.
Arkan puas menertawakan Gildan, ia memaki korbannya tanpa rasa bersalah meski banyak siswa yang berlalu-lalang disana. "Wahahaha, dasar culun, idiot, udah jatuh miskin masih tetep ngeyel buat sekolah,"
Tawa terbahak-bahaknya mendadak berhenti karena merasakan hawa panas dari belakang, ia perlahan menoleh dan melihat kedua kawannya yang menatapnya tajam.
"Alzen, lo kan gak miskin ya, cuma ... Agak gak mampu buat beli makan aja, Rexan juga gak culun kok ...," Arkan tertawa bodoh sebelum berdeham dan kembali pada korbannya meski tubuh masih merinding.
"Si kampret," umpat Alzen yang kemudian beranjak menghampiri Gildan lalu jongkok disampingnya. "Sayang banget ya, coba aja kalau anak buah Lo sekolah di sini juga. Mungkin kehidupan Lo bakal tetap sama kayak pas kita SMP," Alzen memasang wajah iba lalu berdiri. "Tapi ..."
Senyum seringai mulai terukir di bibir Alzen, susu ditangannya sengaja ditumpahkan sehingga menyiram rambut Gildan hingga basah dan lengket lalu melempar sampahnya ke kepala korban. "Gue lebih suka Lo sengsara kayak sekarang,"
Arkan tertawa terpingkal-pingkal. "Gila, tuh susu masih banyak loh."
Rexan memutar mata jengah. Tapi ditengah itu, Narra dan Karlin yang sebelumnya tengah berjalan bersama mulai berdiam diri saat melihat perundungan yang dilakukan oleh Alzen.
Narra yang geram ingin sekali menegur anak-anak nakal itu, tapi tangannya tiba-tiba dicekal oleh Karlin yang menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.
"Biarin aja kak, nanti kak Alzen bakal marah kalau kita ikut campur," Karlin khawatir.
Narra ingin mengatakan sesuatu yang belum bisa ia terima sepenuhnya. "Tapi aku pacarnya, mungkin aja kalau ... " Narra teringat sesuatu, ia tahu dari pesan yang Arkan kirim mengenai konflik antara Alzen dan Gildan. Gadis itu akhirnya memilih untuk memperhatikan dari jauh sampai perlakuan keji itu selesai.
Gildan berdiri dan menatap tajam Alzen, tetapi Alzen malah tersenyum getir dan memiringkan kepala seolah meremehkannya.
"Apa? Lo mau apa?" Tanya Alzen dengan maksud menantang.
"Apa Lo puas sekarang, hah?" Tegas Gildan yang tiba-tiba melayangkan tamparan sehingga membuat wajah Alzen berpaling ke kanan dengan cepat. Rasa sakit dan panas merambat diarea pipi yang terasa berdenyut, membuat Alzen dan orang-orang yang melihatnya terdiam kaget.
"Brengsek ...," Geram Alzen yang mengepalkan tangannya kuat lalu melesat membanting kepala Gildan ke lantai.
Gildan yang mempertahankan keseimbangan harus melangkahkan kaki hingga keseimbangan itu menghilang lalu terjatuh didekat Narra. Alzen terkejut saat menyadari keberadaan pacarnya yang menunduk dalam seolah kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nuragaku ( On Going )
Genç KurguBagaimana jika kita dipertemukan hanya untuk menambah luka baru? Alzen yang sempat mengalami perundungan kini beralih menjadi pelaku akibat emosional yang sudah sulit untuk dikendalikan. Tetapi, sekolah seakan mewajari sikap dan perilaku buruk anak...