° 11.|Don't Touch °

67 22 0
                                    

Ditengah pembelajaran bahasa Indonesia yang diajari oleh guru favorit Arkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ditengah pembelajaran bahasa Indonesia yang diajari oleh guru favorit Arkan. Narra dan Rexan terlihat fokus menuliskan banyak catatan penting di lembaran kertas yang pastinya akan berarti saat ujian nanti. Sementara itu, Alzen telah memutuskan untuk pindah tempat duduk sehingga dirinya berada tepat di belakang Narra, ia tidak memperhatikan papan tulis melainkan sosok yang ada di hadapannya.

Mata pemuda itu tertarik pada coretan yang sempat ia tulis di punggung seragam Narra, ia juga menyadari jika kebanyakan siswa memperhatikan Narra dengan maksud meledek karena seragam yang tidak rapih ataupun bersih dari coretan umpatan.

Alzen menghela nafas berat dan duduk dengan tegap seraya melepas switer yang ia kenakan lalu melemparnya ke atas kepala Narra. Membuat gadis itu tersentak kaget sebelum kemudian menyingkirkan switer sehingga jatuh ke lantai dan membuat Alzen membeku.

Semua siswa malah tertawa karena menganggap jika Alzen sedang membully Narra di tengah jam pembelajaran. Guru yang tengah menulis di papan tulis menoleh karena suara bising, akan tapi hal yang pertama ia lihat malah sosok Arkan ya menatapnya penuh kehangatan sembari menopang dagu di atas meja. Guru itu merasakan ketidaknyamanan sehingga memalingkan pandangannya pada Alzen yang terdiam membisu karena bingung dengan respon Narra.

"Berhenti menggangguku," gerutu Narra yang semakin menekan pena saat menulis.

Rexan yang awalnya tengah fokus, mulai kesal karena suara bising para siswa di kelas. Ia memiringkan tubuh saat mengambil switer milik Alzen lalu meletakkannya di meja Narra sambil mendelik sinis padanya.

"Jangan buat kelas berisik sebelum waktunya, gue gak suka!" gertak Rexan kembali memperhatikan papan tulis.

Narra menunduk dalam, pena dan bukunya terhalang oleh switer Alzen sehingga mengganggu pandangannya. Gadis itu pasrah, ia mengambil switer sebelum menoleh pada Alzen.

"Ini masih jam pembelajaran, tolong jaga sikapmu," ucap Narra menyodorkan switer pada Alzen.

"Tapi gue lagi gak buat masalah," Alzen tersenyum simpul dan mendekatkan wajahnya pada Narra. "Tapi coretan itu masih keliatan jelas di punggung lo, kalau lo emang gak butuh harga diri, buang aja switer itu dan biarin semua murid sekolah ngelihat umpatan kasar yang mungkin bisa bikin lo depresi."

Narra menelan ludah karena ragu, ia memang merasa tidak nyaman karena para siswa terus menerus memperhatikannya dimana pun ia berada. Alzen mengambil switer nya dan langsung menyelimuti punggung Narra sekaligus menutupi coretan menyebalkan itu. Narra terdiam sejenak, ia bingung harus merespon apa sehingga dirinya membiarkan Alzen melakukannya asalkan tidak mengganggu ketenangan Narra.

"Pake switer nya," ujar Alzen yang kemudian duduk seraya mengambil pena dan tersenyum manis saat gadis itu sekilas melihatnya.

Narra masih kebingungan, untungnya hal itu hanya dilihat oleh siswa lain, sementara Rexan terlalu fokus menatap papan tulis dan Arkan sibuk memperhatikan wajah guru yang begitu sejuk di matanya. Guru yang sedari tadi menyimak kini menghela nafas lega karena tidak terjadi masalah besar saat pembelajarannya, guru itu menoleh pada papan tulis dan mulai menjelaskan materi dengan begitu jelas dan detail.

Nuragaku ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang