° 44.| Widescreen °

21 3 0
                                    

Entah apa yang Alzen rasakan sekarang, dia tetap bersikeras mengajak Narra ke bioskop meski terlihat dari wajahnya yang masih gulana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah apa yang Alzen rasakan sekarang, dia tetap bersikeras mengajak Narra ke bioskop meski terlihat dari wajahnya yang masih gulana.

Mereka sudah duduk di kursi bioskop nomor A12 serta A13, yakni posisi paling sudut belakang. Tidak tahu alasan apa dibalik pemilihan tempat duduk yang begitu jauh dan terpencil. Ditambah, jumlah penonton yang tidak seberapa sehingga memberikan banyak kursi kosong yang tidak terhitung. Film masih belum dimulai, hanya memperlihatkan beberapa iklan mengenai drama lain.

Narra duduk sambil memeluk popcorn dan memegang minuman bersoda yang sesekali dia seruput. Sesaat netranya melirik Alzen karena sedari tadi terus termenung sambil menopang kepala. Aneh, tidak biasanya pria ini diam tanpa ulah.

"Kamu masih kepikiran Rexan?" Tanya Narra.

Alzen terkekeh lalu menatap kekasihnya. "Buat apa gue mikirin dia? Toh dia yang mau sendiri kok," Alzen tersandar dan meletakkan kedua kakinya di atas kursi yang ada di depannya.

Narra kurang yakin dengan jawaban yang Alzen berikan, tapi mau bagaimana lagi? Itu urusan Alzen dan teman-temannya, tidak ada hubungannya dengan Narra, kan?

Narra beralih melihat layar besar saat film yang Alzen inginkan dimulai. Alzen terlihat kurang tertarik dan hanya memasang wajah datar, menyeruput minumannya dan menghela nafas sambil melihat Narra sewaktu-waktu.

"Ini genre apa?" Tanya Narra sebelum melahap popcorn.

"Roman," jawab Alzen tersenyum tipis.

Tapi dirinya seketika terkejut saat Narra tersedak sambil memukul-mukul dada. Menciptakan kepanikan di hati Alzen yang segera memberikan minum miliknya yang langsung diteguk oleh Narra tanpa pikir panjang.

Narra mengembalikan minuman Alzen setelah meminumnya beberapa tegukan, lalu menoleh dengan mata melebar.

"Ro-roman? Kamu pilih genre roman?" Narra syok.

Alzen mengernyit heran. "Iya, emangnya kenapa?"

Narra tidak habis pikir dan menyandarkan punggungnya lemas. "Jangan bilang kalau ini ada adegan dewasanya?"

"Ada," sahut Alzen menurunkan kedua kaki kemudian duduk dengan menghadap Narra. "Ini kan movie date."

Narra ternganga saat membalas tatapan Alzen. "Tapi, kan ... kita bisa lihat film lain yang lebih normal, kita masih anak pelajar, loh."

"Tapi kita udah cukup umur," timpal Alzen yang sejenak mengamati sedotan bekas bibir Narra pada minumannya, tidak terasa mengukir senyuman dan mempercepat degupan jantung yang berdetak.

Alzen mendelik pada Narra, melihat gadis itu yang mengeluh namun tetap melihat filmnya. Saat itulah, lidah Alzen diam-diam dan perlahan menjilat sedotan dengan penuh hasrat dan wajah yang merona sebelum menyeruput minuman seraya membayangkan manis dan lembut bibir orang di sampingnya.

Nuragaku ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang