° 31.|Got An Accident °

37 11 0
                                    

Seharian ini mereka semua bekerja dengan keras, melayani para pelanggan yang terus berdatangan sehingga tidak ada satupun dari mereka yang sempat bermalas-malasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seharian ini mereka semua bekerja dengan keras, melayani para pelanggan yang terus berdatangan sehingga tidak ada satupun dari mereka yang sempat bermalas-malasan. Hingga waktu menunjukkan pukul 18.45 WIB, pelanggan yang ada didalam kafe hanya tinggal sedikit yang tidak lebih dari lima orang.

Narra dan Geva sibuk membersihkan dapur yang begitu berantakan, sementara Rexan malah mendapatkan giliran untuk mencuci piring disaat Alzen mengepel lantai dan Arkan mengelap meja. Tapi disisi lain, Asep hanya duduk santai sambil menghitung penghasilan yang begitu banyak dalam genggaman.

"Woy, Asep! Giliran lo nih," Alzen melempar pel ke arah Asep karena tangan yang sudah letih nan pegal.

Asep yang menangkap pel kini terdiam seolah tidak tahu akan melakukan apa. Alzen yang melihat itu langsung memutar mata jengah, ia merebut semua uang yang Asep pegang untuk kembali dihitung.

"Biar gue aja yang urus ini," ucap Alzen yang begitu fokus menghitung pendapatan dengan begitu cekatan.

Waktu kembali berlalu dengan cepat, mereka semua mempercepat diri untuk menyelesaikan pekerjaan sebelum waktu tutup tiba. Langit sudah sangat gelap, para pelanggan tidak ada yang mampir untuk memesan menu, hawa panas berganti menjadi dingin dan saat itulah mereka selesai bekerja dan menutup kafe.

Geva dan Asep pamit pulang bersama, saat Narra masih sibuk mengecek dapur untuk memastikan jika tidak ada api yang menyala. Arkan melangkah pergi begitu saja sambil menyeruput kopi yang ia dapatkan secara gratis karena kerja kerasnya, lalu Rexan yang pulang dengan menaiki taksi yang sempat ia pesan.

Alzen memperhatikan kawan-kawannya yang telah pergi, ia berdiri membelakangi pintu sambil menunggu Narra keluar. Tapi alangkah terkejutnya ia, saat keheningan suasana yang ia rasakan mendadak sesak saat melihat sosok pria berjas menatapnya penuh haru. Alzen berdecak kesal, ia berkali-kali memastikan Narra yang masih belum keluar juga. Hatinya terasa risih dan tidak nyaman karena sepasang mata yang terus menatapnya.

Sosok berjas itu perlahan melangkahkan kaki yang gemetar untuk mendekat, tapi Alzen malah berjalan mundur karena enggan untuk bertemu.

"Gue gak punya urusan lagi sama lo," geram Alzen dengan rahang yang mengetat, matanya memicing serta alis yang bertaut.

"Alzen ... kamu kemana saja, nak?" Sosok itu mengulurkan tangan saat suaranya terdengar sendu penuh kerinduan.

Alzen tidak bisa pergi tanpa Narra, tapi ia lebih tidak ingin jika didekati oleh orang yang berani mengkhianati cinta pertamanya.

"Sial," gumamnya yang langsung berlari sehingga membuat sang ayah terkejut.

"Alzen!" Panggil ayah yang berusaha mengikuti langkah anaknya, ia mempercepat pergerakan kaki meski tetap kalah dibandingkan kecepatan Alzen yang begitu gesit penuh akan emosi mendalam.

Ayah yang cemas tidak bisa berhenti berlari, ia bahkan tidak sengaja mendepak seseorang yang melintas di sampingnya. Ayah hanya menyempatkan waktu sebentar untuk minta maaf sebelum kembali mengejar Alzen dengan jarak yang cukup jauh.

Nuragaku ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang