° 36.| Miss You Both °

18 7 0
                                    

Tidak ada anak yang ingin memiliki orangtua angkat selama mereka bahagia dengan keluarga yang ada.

_Darian Eric Anggara _

Sudah berhari-hari terlewati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah berhari-hari terlewati.
Sang ayah duduk di ruang kerjanya sembari memandang langit malam bertabur kelap-kelip lentera dan rembulan yang hanya menampakkan separuh dari jati dirinya. Seorang pria mengetuk pintu dari luar sebelum masuk dan berdiri di dekat ayah.

"Permisi pak, mengenai dokumen yang anda minta ..." Pegawai itu berhenti bicara saat menyadari jika bosnya sedang tidak memperhatikan.

Ayah merindukan anak kandungnya, dia tersandar lemas di kursi putar seraya memutar ingatan setiap dirinya bertemu dengan Alzen. Termasuk saat mereka tidak sengaja dipertemukan oleh takdir di kafe milik Narra.

"Rian, menurutmu apa yang bisa memperbaiki hubungan antara anak dan ayahnya?" Tanya Dhanurendra, ayah Alzen yang lebih dikenal pak Dhanu oleh para pegawai kantornya.

Pegawai magang itu bernama Darian Eric Anggara, yang baru bekerja beberapa bulan ke belakang, dia mengernyitkan dahinya heran. "Kenapa bapak bertanya seperti itu?"

Dhanu mengamati satu pegawainya yang masih sangat muda. "Aku boleh bertanya ... seperti apa hubunganmu dan ayahmu?"

Rian terkekeh mendengarnya. "Aku lahir di keluarga Cemara, pak. Jadi hubungan kami baik-baik saja sampai sekarang."

Perkataan itu membuat Dhanu merasa iri. "Kalau begitu, kenapa kamu memilih untuk bekerja denganku dibandingkan menjadi pewaris perusahaan besar milik pak Adrian Elvaro?"

Rian sedikit terkejut, namun ia membalas dengan senyuman ramah. "Aku tidak berharap banyak, ayah memiliki tiga orang anak yang akan menjadi pewarisnya nanti."

"Tapi kamu, kan, anak laki-laki satu-satunya yang pak Adrian miliki?" timpal Dhanu.

Rian menggelengkan kepalanya sesaat. "Itu bukan alasan yang kuat, aku memang anak laki-lakinya tapi bukan anak pertamanya. Kemungkinan besar kakak ku yang akan memimpin perusahaan setelah ayah, sementara aku akan membantunya jika dia butuh. Aku dan kakak ingin hidup dalam pilihan kami sendiri selama ayah dan bunda masih hidup, ditambah kami harus mempertahankan kebahagiaan adik bungsu kami yang ingin bekerja di museum seni," jelas Rian panjang lebar.

Dhanu cukup terkesan pada kehidupan Rian yang begitu menyenangkan. "Kamu pernah bertengkar dengan ayahmu?"

Rian mengangguk. "Menurutku itu wajar jika terjadi, tapi tidak lama dari itu ... kita langsung kembali baikan karena tidak ingin membuat bunda khawatir. Bundaku orang yang gampang baper, jadi cukup sulit untuk menenangkannya terlebih saat dia sedang marah besar. Ugh, itu sangat menakutkan ..." Rian merinding jika harus mengingat amarah sang bunda.

Dhanu berpikir sejenak sebelum kembali bertanya. "Bagaimana pendapatmu kalau misalkan ayahmu menikah lagi?"

"Maksud bapak apa, ya?" Rian tidak mengerti.

Nuragaku ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang