° 37.| Family Quarrel °

20 8 0
                                    

Siapa yang lebih kurang ajar?
Gue, atau cowok gak tahu diri yang pake seribu alasan bodoh biar bisa nikah lagi?

_Alzen Rakana Levindra _

Pagi harinya, Dhanu berdiam di salah satu meja pembeli di kafe tempat dirinya tidak sengaja bertemu buah hati pada waktu itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi harinya, Dhanu berdiam di salah satu meja pembeli di kafe tempat dirinya tidak sengaja bertemu buah hati pada waktu itu. Hanya duduk termenung dengan tangan yang hanya memainkan secangkir kopi di atas meja.

Suara lonceng berbunyi ketika pintu kafe terbuka, menampakkan sosok remaja yang berjalan riang namun sedikit melompat menghampiri Narra.

"Narra~" sapa Alzen memeluk gemas sang kekasih yang sedang mencatat pesanan di meja ujung.

"Alzen," Narra melepas pelukan itu karena risih. "Aku malu."

Alzen mengangkat sebelah alisnya heran sambil memiringkan kepala. "Kok malu? Gue kan ganteng."

"Bukan masalah itu ... " Narra menggaruk pelipisnya frustasi lalu menarik Alzen menuju dapur.

Hari ini Alzen datang untuk membantunya lagi, dia mengenakan celemek sambil tersenyum manis pada gadis yang sedang memberikan kertas pesanan pada Geva. Tidak butuh waktu lama bagi Narra yang kemudian meletakkan kentang goreng di atas nampan, hendak membawanya ke salah satu meja namun tertahan saat Alzen tiba-tiba merebutnya.

"Plis, jangan bercanda deh," Narra ingin mengambil nampan itu kembali, tetapi Alzen terus menyingkirkannya sehingga menyulitkan gadis itu.

"Biar gue aja, ya, ay ..." Alzen mengusap puncak kepala Narra sebelum berjalan menuju sosok pemesan.

Pria itu melangkah seraya melihat kertas berisi nomor meja. "Nomor tiga belas, ya?" Monolognya kemudian merotasikan mata mencari nomor tersebut.

Disisi lain, Narra yang masih terdiam mematung merasakan rasa aneh di hatinya, pipinya memerah saat senyuman Alzen melintas di kepala. Namun, dia enggan menerimanya dan langsung menggelengkan kepala dengan cepat, lalu membantu Geva menyiapkan makanan dan minuman.

Alzen menemukan nomor itu, dia tersenyum lebar seraya menghampiri dan meletakkan pesanan pada meja.

"Silahkan---" ucapannya terhenti bersamaan dengan rahang yang mengatup.

Suara nampan jatuh yang beradu dengan lantai sesaat membuat perhatian banyak orang tertuju padanya. Narra yang sekilas mendengar bunyi itu mulai ikut penasaran.

"Kak Geva, aku mau keluar sebentar," Narra bergegas keluar dari dapur lalu terdiam mendapati pria paruh baya yang menatap Alzen penuh akan kesedihan.

"Alzen ...." Dhanu gemetar melihat sosok anaknya dari dekat, tetapi ketika tangannya ingin menggapai, remaja itu dengan cepat menghindar sambil memalingkan wajah begitu saja.

Alzen menggertakkan giginya kesal, kakinya bergerak untuk pergi. Namun, sang ayah tiba-tiba berdiri seraya meneriaki nama anaknya meski sang anak tidak begitu mempedulikan hal itu.

Nuragaku ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang