Dibelakang gedung sekolah, Alzen dan kawan-kawannya sedang mengikat paksa tubuh Gildan pada sebuah pohon di halaman yang terdapat banyak pepohonan lain dan rerumputan hijau, serta meja dan kursi taman untuk siswa yang ingin merasakan ketenangan saat istirahat. Persetan bagi ketiga anak nakal ini, mereka malah membuat Gildan tertekan saat sebuah tali tambang membelit tubuhnya.
Arkan tertawa puas sambil mengacak-acak rambut Gildan, sementara Rexan hanya tersenyum getir dan merogoh saku seragam Gildan dan mengambil uangnya. Bukan karena butuh, Rexan kemudian merogoh pemantik api pada saku celananya dan membakar uang itu dihadapan pemiliknya.
Gildan menelan ludah, ia sudah sangat tertekan dengan apa yang anak-anak ini lakukan. Alzen mendelik sinis seraya tersenyum tipis, ia menepuk-nepuk pundak Gildan seakan sedang membersihkan kotoran yang ada pada seragam, tangannya kemudian mencubit dagu korban dan mencondongkan wajahnya agar dapat melihat jelas raut wajah penderitaan.
Sesaat Alzen mengalihkan pandangan pada hidung Gildan. "Lo masih inget gak, kalau dulu lo pernah tendang wajah gue sampai hidung gue bengkok?" Alzen kembali menatap mata Gildan. "Meskipun sekarang gue udah baikan, tapi peristiwa itu udah bikin gue menderita seumur hidup. Lo gak tahu gimana rasanya saat semua orang menilai buruk kita walaupun kita gak pernah ngelakuin itu sama sekali, bahkan bokap gue menilai buruk anaknya sendiri."
Alzen menjauh, ia perlahan melangkah mundur dan mengalihkan pandangannya dari Gildan. Tapi detik kemudian tangannya tiba-tiba melesat menghantam wajah Gildan dengan keras sampai lidah korbannya berdarah karena tidak sengaja tergigit. Tulang pipi Gildan memar, pria itu masih terdiam karena tidak menyadari jika dulu Alzen sempat merasakan penderitaan yang berat.
"Gara-gara lo ... gara-gara lo bokap gue jadi harus nikah lagi biar gue dididik lebih ketat. Gue gak mau punya nyokap tiri, alasan bodoh itu yang bikin gue kehilangan segalanya!" Alzen frustasi karena ayahnya beralasan menikah agar ada orang yang membantu untuk mendidik Alzen yang sudah dinilai buruk oleh sang ayah.
Alzen menjambak rambut Gildan hingga korbannya menengadah, Alzen sudah sangat kesal dan geram pada sosok Gildan yang sempat membully nya dulu.
"Kalau sampai lo usik ketenangan gue lagi ... Gue gak bakal segan minta bantuan Arkan dan Rexan buat habisi lo saat itu juga!" ancam Alzen melepaskan rambut Gildan lalu melangkah pergi.
Arkan yang tertawa licik kemudian mengikuti langkah Alzen dari belakang seraya merangkul pundak Rexan dan meninggalkan Gildan yang masih terikat di batang pohon.
Beberapa waktu kemudian, di koridor sekolah.
Saat Rexan sedang berjalan sendirian, dirinya tidak sengaja berpapasan dengan Karlin. Akan tetapi Rexan bersikap layaknya orang yang tidak saling mengenal saat Karlin menyapanya dengan riang.
"Halo kak," sapa Karlin tersenyum manis.
"Hm," Rexan melirik sekilas seraya melangkah melewati Karlin begitu saja, tapi langkahnya langsung terhenti saat dia berpapasan dengan Alzen yang tiba-tiba berada di belakang Karlin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nuragaku ( On Going )
Подростковая литератураBagaimana jika kita dipertemukan hanya untuk menambah luka baru? Alzen yang sempat mengalami perundungan kini beralih menjadi pelaku akibat emosional yang sudah sulit untuk dikendalikan. Tetapi, sekolah seakan mewajari sikap dan perilaku buruk anak...