Alzen berjalan di koridor menuju kamar apartemennya, ia terlihat kelelahan di bawah cahaya jingga sang langit yang hendak menyambut malam. Tapi langkahnya terhenti saat melihat Narra tersandar di pintu kamar seolah sudah menunggunya sejak lama.
Alzen mengernyit, tubuhnya seolah kembali bugar dan bergegas menghampiri Narra. "Tumben lo ada di sini. Kangen gue, ya?" Goda Alzen mencondongkan wajahnya pada Narra.
Narra tersenyum tipis, ia merasa gugup dan canggung untuk mengatakannya. "Makasih buat tadi siang, ya."
Alzen mengerutkan keningnya heran. "Buat apa?" Ia berdiri tegap.
"Kamu udah nolongin aku pas dirundung anak-anak futsal," Narra sedikit bingung karena Alzen yang tidak mengingat hal itu.
Alzen terkekeh pelan. "Oh ... soal itu~" Alzen meletakkan tangannya pada pundak Narra dan kembali mencondongkan wajah agar bisa menatap Narra lebih dekat. "Gak masalah, gue gak ngerasa keberatan kok."
Alzen mengatakan itu meski hatinya bertanya-tanya. 'Kenapa kepribadian Narra sering berubah? Sikap dia jadi gak terlalu mirip sama ibu, lebih tepatnya enggak kayak awal pas kita pertama bertemu. Gue pengen dia balik ke sikap awalnya,' batin Alzen terus menatap netra sang gadis.
Narra tiba-tiba mendorong tubuh Alzen sehingga sontak membuat pria itu terkejut.
"Jangan brengsek, aku kesini cuma mau bilang makasih jadi jangan bersikap kurang ajar!" Tegas Narra.
Alzen bingung sekaligus kaget, kenapa Narra tiba-tiba marah? Bukankah tadi dia hanya ingin mengucapkan terimakasih?
"Nar, Lo kenapa?" Tanya Alzen.
Narra memalingkan wajah sambil menggerutu. Alzen yang melihat itu hanya membuka pintu dan mengajak Narra untuk berbincang dikamarnya. Tapi saat Narra masuk, ia langsung bersikap tenang. Alzen yang meletakkan tas dimeja makan kemudian melihat wajah itu.
"Lo kenapa sih, nar?" Alzen duduk dikursi dengan menyilangkan satu kaki diatas kaki lainnya.
Narra menghela nafas panjang. 'Aku hampir kehilangan akal,' batin Narra yang duduk bersebrangan dengan Alzen.
"Lo lagi banyak pikiran, ya?" Alzen menopang dagu diatas meja sambil memandang wajah Narra dengan tatapan teduh.
"Iya kayaknya," Narra membalas tatapan itu. "Tadi aku udah bilang makasih, kan?"
Alzen mengangguk dengan senyuman tipis, ia tidak bisa beralih dari sosok yang ada dihadapannya.
"Lo mau main dulu disini?" Tanya Alzen yang beranjak sehingga terdengar suara derit kaki kursi. "Kita kan udah lumayan lama pacaran, jadi lo gak usah segan."
'Karena gue masih harus nyari tahu soal kepribadian Lo. Gue pengen kepribadian ibu sepenuhnya ada di lo,' batin Alzen memasang wajah serius saat berjalan menghampiri tv.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nuragaku ( On Going )
Fiksi RemajaBagaimana jika kita dipertemukan hanya untuk menambah luka baru? Alzen yang sempat mengalami perundungan kini beralih menjadi pelaku akibat emosional yang sudah sulit untuk dikendalikan. Tetapi, sekolah seakan mewajari sikap dan perilaku buruk anak...