Di kamar apartemen Alzen.
Brak.
Alzen menggebrak meja dengan keras karena frustasi saat sedang diajari oleh Rexan. Ia malu jika harus mendapatkan peringkat akhir setelah memiliki seorang pacar yang begitu ia idamkan, sehingga terpaksa meminta sahabatnya untuk menjadi guru les sementara.
Mereka berdua duduk bersebrangan dimeja makan dengan buku yang berserakan di meja. Rexan terlihat duduk tegap dengan tangan yang menyilang di dada, menatap kawannya yang sedari tadi sibuk mengeluh dan protes.
"Lo bisa ngitung gak sih?" Tanya Rexan.
"Bisa! Gue pinter cuma gurunya aja yang kurang ahli," kilah Alzen berkacak pinggang.
"Jangan nyalahin orang, gue tahu kalau otak Lo lemot jadi gak usah banyak alasan, sekarang kerjain soal matematika yang baru gue tulis," titah Rexan menyodorkan buku yang terbuka ke dekat kawannya.
"Ogah," tolak Alzen yang kembali duduk, ia melirik kearah kertas yang berisi tiga pertanyaan matematika yang cukup rumit baginya. Soalnya memang terlihat mudah tapi jawabannya pasti akan panjang dan menghabiskan banyak waktu untuk berpikir.
Alzen meletakkan siku di meja seraya memijit keningnya yang pusing saat melihat banyak angka yang tertera di lembar kertas. Detik kemudian, ketukan pintu sontak menarik perhatian Alzen yang menoleh namun langsung tersentak saat Rexan menggebrak meja dengan sebelah tangannya untuk menyadarkan Alzen agar kembali fokus belajar.
"Anjir, gue kaget!" Teriak Alzen.
Respon Rexan selalu sama, seolah tidak memiliki ekspresi wajah lain selain datar setiap mendengar ocehan Alzen.
"Fokus," dingin Rexan.
Alzen sedikit merinding, ia menghela nafas berat dan kembali melihat buku. Tapi ketukan pintu itu terus saja mengganggu konsentrasinya, Rexan yang merasa terganggu hendak beranjak tapi ia sedikit malas untuk melangkah.
"Lo aja yang buka," ucap Rexan yang kembali duduk dengan santai.
Alzen merotasikan matanya. "SIAPA?" Teriaknya.
"Ini gue, Arkan. Gue bawa martabak buat kita ngemil, tapi si Rexan gak angkat telpon gue makanya gue datang sendiri," sahut Arkan dari balik pintu.
"Martabak asin atau manis?" Tanya Alzen.
Hening, Arkan belum juga menjawab hingga beberapa waktu.
"Dua-duanya," Arkan menjawab saat teman-temannya menunggu.
"Tumben Lo beli dua, dapat uang darimana?" Ujar Alzen yang beranjak menuju pintu.
Celah pintu terlihat saat Alzen mengintip keluar, melihat Arkan yang tersenyum lebar menunjukkan kantong kresek yang hanya terdapat satu bungkus.
"Katanya beli dua?" Alzen membuka pintunya lebih lebar.
"Kata siapa gue beli dua?" Ucap Arkan bersamaan dengan mata Alzen yang melihat sosok gadis yang datang bersama Arkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nuragaku ( On Going )
Teen FictionBagaimana jika kita dipertemukan hanya untuk menambah luka baru? Alzen yang sempat mengalami perundungan kini beralih menjadi pelaku akibat emosional yang sudah sulit untuk dikendalikan. Tetapi, sekolah seakan mewajari sikap dan perilaku buruk anak...