° 10.|Rejected °

68 25 3
                                    

Suasana pagi sangatlah ramai dengan suara para murid yang berlalu-lalang saat memasuki lingkungan sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana pagi sangatlah ramai dengan suara para murid yang berlalu-lalang saat memasuki lingkungan sekolah. Mereka yang berjalan sambil senda gurau, mengganggu temannya, atau hanya berjalan tanpa ekspresi, mewarnai hari yang baru. Narra berjalan sendiri, matanya terlihat bagaikan mata panda karena kurangnya tidur sampai tubuhnya merasa lemas.

"Woy!" panggil seseorang yang membuat Narra berbalik namun langsung terkejut saat sebuah tas dilemparkan kepadanya.

Secara reflek, Narra menangkap tas yang melayang ke arahnya, lalu menoleh pada pemilik barang tersebut. Dari jarak yang jauh sekitar lima langkah darinya, terlihat sosok pria menyebalkan yang mengenakan switer abu-abu. Alzen menyisir rambutnya ke belakang sembari melangkah melewati Narra yang mendengus kesal.

"Thanks," ujar Alzen, sekilas melirik. Lalu kembali fokus pada langkahnya.

Narra menatap Alzen tanpa ekspresi, dengan sengaja menjatuhkan tas milik Alzen. Membuat pemuda itu berhenti melangkah lalu menoleh.

"Bawain tas gue!" perintah Alzen.

Tetapi bukannya menurut, Narra malah menendang tas tersebut. Membuat Alzen membulatkan mata. Ia langsung mengambil tasnya yang sedikit kotor. Ditepuk-tepuknya tas itu, hingga kembali bersih, kemudian menatap Narra.

"Lo sombong banget ya, sok jual mahal." Alzen tertawa getir bermaksud menyindir.

"Karena aku emang mahal, harga diriku lebih tinggi dari tubuhmu, tahu," jelas Narra seraya memegang kepala Alzen.

Jantung Alzen kembali berdebar, ia menyeringai dan perlahan memegang tangan sang gadis yang masih menyentuh kepala si pemuda.

"Oh, ya?" Alzen melesat mendekatkan wajahnya ke hadapan Narra, membuat Narra tersentak kaget karena jarak wajah mereka yang terlalu dekat. Siswa yang berlalu lalang sempat memperhatikan, para gadis terlihat seakan cemburu dan kecewa.

Disaat seperti itu, Gildan melangkah dengan kepala yang menunduk. Ia hampir berhasil melewati Alzen, namun mendadak terjatuh karena tidak menyadari jika kaki Alzen tiba-tiba menyelengkat kakinya. Alzen mendelik pada Gildan kemudian terkekeh, menjauh dari Narra lalu berpaling pada Gildan yang masih terpatung.

"Heh." Alzen melempar tasnya pada Gildan. "Bawain tas gue ke kelas!"

Gildan mengepalkan tangannya geram, akan tetapi dirinya tidak dapat melawan karena merasa telah menjadi seorang pecundang. Pemuda berkacamata itu beranjak dan mengambil tas Alzen sebelum melangkah menuju kelas, meninggalkan Alzen dan Narra yang hanya menatapnya sejenak.

"Lo jadi pacar gue, ya, sekarang," ucap Alzen ceplas-ceplos.

Narra terkejut. "Dasar gila, kau pikir aku perempuan apa?"

Tapi Alzen cukup percaya diri. "Belum ada cewek yang berani nolak gue loh, butuh bukti?"

Mata Alzen kemudian berkeliling mencari seseorang, pupil matanya mulai tertuju pada seorang gadis gemuk yang melintas di dekatnya.

Nuragaku ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang