° 33.| Keep Watching °

30 10 0
                                    

Punggung seseorang terbanting keras ke loker yang berada di koridor sekolah, membuat dirinya tersentak penuh beribu tanya dalam benaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Punggung seseorang terbanting keras ke loker yang berada di koridor sekolah, membuat dirinya tersentak penuh beribu tanya dalam benaknya.

Pagi ini suasana menjadi semakin riuh saat dua orang yang diduga mantan Alzen mulai memprovokasi dan mengganggu Narra penuh amarah yang membara dan rasa iri yang membalut hati.

"Padahal ini udah lebih dari tiga hari, tapi kenapa kalian masih belum putus juga?" Debat Lia.

Narra merasa bingung dan hanya bisa terdiam tanpa membalas pertanyaan tersebut. Membuat dua gadis itu menatapnya tajam dalam beberapa waktu, tapi sesaat kemudian, mereka dikejutkan oleh Narra yang tersenyum seringai.

"Emangnya aku kayak kalian?" Narra mulai menegakkan tubuh dan mengamati kedua lawan bicaranya. "Dalam hubungan ini. Bukan aku yang pertama mengejar, tapi Alzen. Kalian mengerti, kan?"

Lia menggertakkan giginya geram lalu menunjuk-nunjuk Narra. "Jangan pede deh lo! Kalian pasti punya rencana, kan? Hubungan kalian pasti bukan karena perasaan tapi cuma saling memanfaatkan, kan?"

"Kata siapa?" Narra memiringkan wajahnya sejenak lalu tersenyum manis. "Alzen bilang kalau dia mencintaiku, dia tidak punya siapa-siapa selain aku. Itu katanya,"

"Bohong!" Sergah Raina yang enggan percaya. "Jangan bicara omong kosong kayak gitu, Alzen punya adik tiri, kan? Kenapa dia bilang kalau dia gak punya siapa-siapa? Lo jangan ngadi ngadi ...."

"Kenapa? Kalian ngerasa kalah, ya?" Narra memasang wajah ramah meski kata-katanya terdengar sedikit menantang.

Menciptakan antipati dan kecemburuan di hati Lia dan Raina yang mendengus kesal karena perkataannya. Tapi sesuatu seketika melintas di pikiran mereka, seakan bisa melakukan telepati untuk merencanakan hal licik dan menarik.

Lia dan Raina bertukar pandang dan diam-diam menyunggingkan senyum sebelum kaki Lia secara tiba-tiba menyelengkat Narra yang saat itu sempat lengah.

Tubuh Narra terjatuh menyamping ke lantai, tapi syukurlah kepalanya berhasil dilindungi menggunakan tangan. Karena terkejut, dirinya langsung menoleh dan mendapati dua orang gadis merunduk menatapnya penuh amarah. Tangan Raina menjambak rambut Narra saking kesal nya, dia meluapkan seluruh emosi yang sempat tertahankan sampai cengkeramannya semakin kuat dan menyakitkan bagi Narra.

Narra meringis menahan sakit, dia berusaha memberontak agar Raina melepas cengkeramannya meski butuh perjuangan ekstra. Sementara itu, Lia merogoh sesuatu dari saku seragam seraya menatap sinis ke arah Narra. Dia merupakan seorang gadis perokok yang kini sedang memegang korek api elektrik dan sebungkus rokok, mengukir senyuman bulan sabit yang licik.

"Yah ... isinya tinggal dikit lagi deh~" keluh Lia mengamati korek untuk melihat cairan yang menjadi isi dari benda tersebut. "Tapi gapapa sih~ setidaknya gue udah pakai tiga kali semenjak pagi."

Netra Lia mendelik dan tersenyum sinis pada Narra yang masih kewalahan menghadapi Raina. Rambut Narra sudah sangat berantakan, bahkan terlihat seperti orang yang hampir menangis karena jambakan Raina yang tidak bisa dianggap sepele.

Nuragaku ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang