° 34.| Watching You °

26 8 0
                                    

Karena nayanika mu menjadi daya tarik tersendiri bagi dunia.

_Alzen Rakana Levindra _
.
.

_Alzen Rakana Levindra _

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa menit kemudian.
Narra sedang duduk di kelas sambil merapikan rambut yang sempat berantakan karena jambakan tangan Raina dan Lia, mengingatkannya pada sepatah kata yang keluar dari bibir salah seorang dari mereka.

Gadis itu menyisir rambut menggunakan jari-jarinya yang lentik, disaat guru seni sedang menjelaskan materi mengenai seni rupa dua dimensi beserta tugas yang harus dikerjakan oleh para peserta didiknya.

Setelah memastikan jika penampilannya kembali rapih, Narra lalu memperhatikan guru dengan tangan yang ditumpu diatas meja dan mata yang terfokus pada sosok sang pengajar. Inilah pelajaran yang paling Narra sukai, pembelajaran yang berhubungan pada seni yang menjadi tempat baginya berekspresi, meluapkan segalanya lewat garis pena yang melukiskan beribu makna.

Persetan dari itu, seseorang masih terus mengawasi Narra dari jauh. Ada cctv terpasang di sudut bawah jendela yang sedikit tertutupi oleh tirai.

Alzen kini meletakkan laptopnya di meja makan, sementara dirinya duduk santai sambil meneguk minuman soda kaleng dengan begitu nikmat tanpa ada perhatian yang beralih dari pacarnya. Dia tidak bisa masuk ke sekolah karena keadaan yang masih belum sepenuhnya pulih, luka sobek di tangan kiri serta kakinya yang sempat terkilir masih diperban sehingga belum bisa digerakkan dengan bebas. Banyak plester yang menempel di wajahnya juga.

Semua cctv yang terpajang dibeberapa sudut sekolah merupakan ulah Arkan, yang terpaksa melakukannya karena permintaan Alzen yang terus mendesak tanpa kenal kondisi. Cctv yang berada di kelas ini pun sengaja dipasang di dekat Arkan, agar tidak menimbulkan kecurigaan dan bisa disembunyikan jika seseorang menyadarinya.

Arkan meregangkan kedua tangannya dengan mengangkatnya tinggi-tinggi dan menguap keras sampai beberapa perhatian beralih padanya, tangannya sedikit menarik tirai lalu merundukkan tubuh seakan bersiap untuk tidur. Hal itu hanya sebuah keisengan belaka, karena disisi lain Alzen sudah berdecak kesal atas tingkah Arkan yang sengaja menutupi kamera sekaligus pandangan Alzen pada Narra.

"Anjir si kampret!" Pekik Alzen menggebrak meja berbalut rasa geram dan jengkel.

Arkan memperhatikan beberapa siswa yang masih memperhatikannya, lalu menoleh pada Narra yang tetap teguh mendengar materi seakan hanya itu yang ada di sekitarnya. Rexan juga tidak menggubris dan hanya duduk tersandar memasang wajah dingin sambil menatap gurunya.

Tidak heran sih, Arkan mewajari hal itu sembari tersandar lemas dan kembali menarik tirai dengan begitu hati-hati, saat tidak ada lagi yang memperhatikannya. Alzen yang masih kesal langsung mendengus dan duduk dengan tegap sambil menyilangkan tangan, netranya akhirnya melihat Narra lagi, dewi penenang sekaligus penghibur bagi hati yang berada diambang kesepian dan keheningan dalam hidupnya.

Nuragaku ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang