Alzen memberikan roti isi yang telah dibuka dari plastik pada Narra saat berjalan dikoridor sekolah, pria itu terlihat senang dan nyaman saat berada di dekat orang yang ia sukai. Kecuali Narra yang masih terus berwaspada karena takut dipermainkan. Tapi saat mereka tengah sibuk berdua, seorang pria tiba-tiba berdiri di hadapan Narra, membuat perhatian mereka beralih padanya.
"Narra? Aku kok baru tahu kalau kamu sekolah disini juga?" Tanya Joshua yang merupakan anggota OSIS.
Alzen terlihat tidak menyukai sosok tersebut, ia hanya memperhatikan dan menyimak pembicara mereka saja. Sementara Narra terlihat kalut saat bertemu dengan Joshua, seakan banyak hal yang membuatnya takut dan gelisah.
"Aku ... murid baru," jawab Narra memalingkan wajah.
Joshua berbinar. "Benarkah? Apa ini yang dinamakan jodoh?"
"Jaga mulut lo," Alzen menatapnya tajam. "Dia pacar gue,"
"Tapi belum tentu jadi jodoh, kan? Bisa saja Narra menikah denganku, aku sudah menunggunya lama, lama ... sekali," Joshua menatap Narra penuh akan hasrat yang lebih dalam dari Alzen. "Kita belum putus secara sah loh."
Narra dan Alzen sontak membulatkan matanya dan menatap Joshua saking terkejutnya.
"Belum putus?" Alzen menoleh pada Narra. "Maksud dia apa?"
Narra mencubit lengan seragam Alzen karena takut, netranya enggan melihat Joshua saat bicara. "Aku udah beberapa kali minta putus, kan? Aku anggap kalau kita tidak memiliki hubungan lagi, kenapa kamu terus mengungkitnya padahal yang membuat ini terjadi adalah karena kesalahanmu sendiri."
"Karena aku mencintaimu, Narra!" Joshua menyentuh dada dengan pipi yang merona.
Tapi hal itu menimbulkan kecemburuan di hati Alzen, ia hanya mengukir bulan sabit lalu perlahan memeluk tubuh Narra dari belakang. Matanya melihat Joshua yang terlihat syok, lalu perlahan Alzen menenggelamkan wajah pada tengkuk leher Narra, sengaja bermanja di depan mata pria itu.
"Maaf, tapi sekarang dia milikku," ucap Alzen menempelkan lehernya pada bahu Narra.
Pipi Narra memerah hebat, ia terkejut tapi memilih diam karena tingkah Alzen yang mungkin akan membantunya untuk menjauhi Joshua. Debaran jantung mereka berdebar cepat bersamaan, Alzen merasa malu saat detak jantungnya sedikit terdengar tetapi ia masih mempertahankan pelukan itu untuk memanaskan hati Joshua yang terlihat sangat geram dan kecewa.
Narra memegang tangan Alzen lalu tersenyum. "Aku sudah memiliki yang lain, itu artinya aku sudah melupakanmu. Aku harap kamu juga bisa melakukan hal yang sama," tangan Narra yang lain memegang rambut Alzen. Membuat wajah Alzen semakin merona saat hati Joshua terbakar hebat.
"Lo denger sendiri, kan?" Alzen melepas pelukan itu dan hanya merangkul pundak Narra. "Dia, punya gue."
Joshua menggertakkan gigi, tangannya mengepal kuat sebelum pergi meninggalkan mereka penuh kekesalan. Setelah melihat kepergian itu, Narra dan Alzen kompak menghela nafas lega lalu menatap satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nuragaku ( On Going )
Novela JuvenilBagaimana jika kita dipertemukan hanya untuk menambah luka baru? Alzen yang sempat mengalami perundungan kini beralih menjadi pelaku akibat emosional yang sudah sulit untuk dikendalikan. Tetapi, sekolah seakan mewajari sikap dan perilaku buruk anak...