° 25.| Student Fights °

33 11 0
                                    

Pagi hari, suasana sekolah mendadak sangat ramai dan berisik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hari, suasana sekolah mendadak sangat ramai dan berisik. Karlin dan Narra yang berjalan sambil berbincang dilorong sekolah menjadi penasaran dengan apa yang para murid itu ributkan. Tapi detik kemudian mereka terdiam kaget saat melihat penampilan Rexan yang berbeda. Mata Karlin melebar, pipinya memerah dengan jantung yang berdebar saat melihat sosok baru.

Rexan tidak mengenakkan kacamata melainkan lensa berwarna coklat, rambutnya telah dirapihkan dengan hiasan sebuah anting perak ditelinga kanannya dan gelang rantai dipergelangan tangannya. Mata sipitnya seolah menatap tajam mangsa bak elang. Banyak gadis yang ternganga melihat penampilan itu, begitupun dengan Karlin yang malah terdiam bagaikan patung.

Rexan menghampiri Karlin dan menatapnya sekilas. "Thanks buat saran lo, gue udah coba," dingin Rexan melewati Karlin begitu saja.

Wajah Karlin memerah, ia tersenyum dan mengangguk pelan meski tidak dipedulikan oleh Rexan.

Saat berada di perpustakaan, Rexan duduk dimeja dekat jendela. Ia sibuk membaca banyak buku bahkan dihadapannya ada lebih dari sepuluh buku yang menumpuk, hobinya yang terlalu ekstrim dan tidak cocok dengan para sahabatnya itu membuat banyak siswa kewalahan untuk mengejar prestasinya. Arkan menemani Rexan, dia duduk disamping kawannya dengan kaki yang diletakkan diatas meja sambil melihat-lihat lembaran dari buku yang sempat Rexan baca.

"Apa nih? Kok tulisan semua? Emangnya Lo gak bosen, gitu?" Protes Arkan meletakkan kembali buku itu dimeja sambil tersandar dikursi dengan begitu santai.

Arkan sangat bosan, ia ingin bermain dengan siswa lain tapi Rexan memintanya untuk menemani di perpustakaan. Jika bukan karena kejadian semalam, Arkan pasti akan langsung menolak tanpa banyak berpikir. Arkan mengusap wajahnya kasar dan mendengus kesal.

Sementara Alzen tengah menyusuri setiap lorong perpustakaan yang cukup luas. Ia juga merasa bosan dan memilih untuk berjalan-jalan, tapi bibirnya mulai menyeringai saat melihat pria culun bertubuh kurus yang tengah kesulitan mengambil buku dari rak atas. Alzen tertawa getir, ia merotasikan matanya sambil berjalan mendekati pria itu.

"Mau gue bantu?" Tawar Alzen tersenyum manis.

Pria itu gemetar saat tahu jika orang yang ada didekatnya merupakan pembully, ia tidak berani menatap mata Alzen dan hanya memalingkan wajah karena takut.

"B-b-bo, bo... Bo, boleh," ucapnya ketakutan.

Alzen mencoba menggapai buku itu, ia juga sampai menjinjit namun tetap sulit. Alzen berdecak kesal lalu melirik kearah siswa disampingnya.

"Heh, Lo harus bantuin gue! " Perintah Alzen arogan.

Siswa itu mengangguk ragu dan perlahan jongkok, tapi hal itu masih tidak memberikan kepuasan bagi Alzen yang memutar mata jengah sambil berkacak pinggang. Padahal tidak jauh dari sana ada tangga khusus yang bisa dipindahkan untuk mengambil buku, tapi Alzen tidak mempedulikan itu dan malah mengambil kesempatan untuk melakukan kejahilan.

Nuragaku ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang