Menderita bahkan penyesalan itu makanan penutup untuk orang yang terlalu berharap sesuatu secara berlebihan.
_Rachelia Narra_
Gulita bumantara membalut kota dengan suasana ramai, terkecuali tempat tinggal Narra yang jauh dari jalan raya sehingga hanya meninggalkan kesunyian ketika dirinya tinggal sendiri.Keheningan membuat derit kursi terdengar jelas ketika Narra duduk untuk mengerjakan tugas sekolah, dia membuka buku dan mengambil pena. Tetapi, perhatiannya seketika terganggu saat notifikasi panggilan dari Alzen menggetarkan ponsel di atas meja.
Narra memutar mata dan tersandar lemas. Tangannya menggapai ponsel dan mengamati nama pemanggil dalam beberapa saat, sebelum menempelkannya pada daun telinga.
"Ada apa?" Narra menatap langit-langit kamar.
"Kangen aja," jawaban Alzen terdengar dibarengi tawa.
"Udah, cuma itu doang?" Narra menegakkan punggungnya saat duduk, ingin mengakhiri panggilan dan mulai mengerjakan tugas.
"Enggak," Alzen menyahut. "Malam ini gue mau nginep di rumah lo, ya."
Narra mengernyit, untuk apa Alzen menginap di rumahnya sekarang? Terlebih paman Narra sedang sibuk dan tidak bisa menemani untuk hari ini. Itu artinya akan ada kesalahpahaman besar jika dua orang remaja ditemukan sedang berduaan tanpa pengawasan.
"Jangan!" Tolak Narra. "Di rumahku lagi gak ada siapa-siapa, kalau kamu ke sini, yang ada nanti tetangga-tetangga ku pada ngira hal aneh."
"Bagus dong, jadi kita bisa nikah cepet," Alzen tersenyum penuh hasrat saat mengatakan hal itu.
Dirinya juga sedang sendiri di apartemen, memandang ceruk kamar yang kosong dengan sedikit suara lain yang menerobos masuk. Suara kendaraan yang berlalu-lalang meski tidak terlalu sering.
Punggungnya terbaring di kasur, sementara kakinya menyentuh lantai. Bau asap rokok menyebar dari puntung yang terjepit di antara jari telunjuk dan jari tengah. Beberapa kali ia menghisap dan menghembuskan dengan tenang.
"Lo lagi apa?" Nadanya terdengar serius.
Narra mematikan panggilan yang tidak penting baginya, meletakkan ponsel itu di meja dan beralih memegang pena. Membuat Alzen mengerutkan keningnya heran lalu melihat sebuah aplikasi yang menunjukkan keberadaan kekasihnya sekarang.
Alzen sedikit membungkuk saat duduk, memperhatikan layar ponsel sambil menghisap rokoknya.
"Dia ada di rumah, jangan-jangan ..." Alzen memicingkan mata karena rasa cemburu yang membabi buta, dia takut jika Narra hanya berdua dengan pria lain.
"Narra ..." Alzen menjatuhkan puntung rokok kemudian menginjaknya saat berdiri. "Lo bener-bener bikin gue gila!"
Disisi lain, Narra yang sedang fokus menulis sambil menopang kepala, sejenak menoleh pada tas yang mengingatkannya pada tugas sekolah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nuragaku ( On Going )
Novela JuvenilBagaimana jika kita dipertemukan hanya untuk menambah luka baru? Alzen yang sempat mengalami perundungan kini beralih menjadi pelaku akibat emosional yang sudah sulit untuk dikendalikan. Tetapi, sekolah seakan mewajari sikap dan perilaku buruk anak...