15

37 6 0
                                    

System logged in

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

System logged in

ID Detected: 01-343

Combat Simulation Activated

Welcome Inspektur Gracia

Gracia membuka matanya. Saat ini dia berada di dalam ruangan yang sangat terang dengan sinar berwarna putih. Tidak terlihat batas dinding di ruangan ini, membuat ilusi seakan-akan ruangan ini luasnya seperti tak berujung. Tersaji di depannya adalah sebuah robot humanoid dengan kerangka tubuh berupa plat titanium. Di antara plat yang membentuk tubuh, kepala, tangan, dan kaki, terdapat kabel serta pipa karet yang menjadi penggerak tungkai. Wajah robot itu hanya berbentuk permukaan datar, dengan mata LED yang menyala, menandakan bahwa robot itu aktif. Kedua tangannya ia kepal dan disiapkan di depan tubuhnya, siap untuk menerima serangan Gracia.

Polisi perempuan itu mengikuti posisi tubuh dari lawannya. Ia mengencangkan kembali sarung tangan yang melonggar akibat keringat. Matanya terkunci, alis mengait, dan segala suara di pikirannya terganti dengan satu tujuan: dia harus menang.

Gracia maju menemui lawannya. Tumitnya ringan bak di atas angin, membuatnya seakan melayang di atas lantai ruangan berwarna putih polos. Dalam hitungan detik Gracia sudah berada di depan robot latihan. Dua jab kiri dia layangkan ke blok lawannya. Gracia menyusul jab itu dengan dua serangan dari tangan kanannya.

Kombinasi pukulan cepat Gracia tidak berhasil membuka pertahanan lawan. Netranya menangkap pergerakan sendi robot itu yang datang ke sisi kirinya. Dia menaikkan tangan kirinya, persis ketika tangan kanan robot itu mengayunkan tinju ke arah wajah Gracia.

Kesempatan ini Gracia manfaatkan untuk mengarahkan hook kanan ke tubuh robot yang terbuka. Sial bagi Gracia, lawannya mengambil satu langkah cepat ke belakang. Hook-nya meleset dari sasaran. Karena tubuhnya masih terlontar ke depan, lawannya bertumpu dengan kaki kanannya, lalu berputar sambil mengayunkan tangan kirinya. Momentum yang dihasilkan dari setengah putaran dari robot itu menghantam Gracia bak sebuah truk.

Telinganya berdengung, tubuhnya kehilangan keseimbangan. Penglihatannya yang berkunang-kunang membuatnya seakan melihat kabut. Dia tidak percaya apa yang barusan terjadi. Sejak kapan robot ini bisa melakukan manuver barusan? Gracia pernah dengar kalau AI terbaru yang di-install ke simulasi ini membuat mereka bisa 'belajar' tiap kali mereka melakukan sparring. Bisa jadi simulasinya mulai memprediksi gerakkan Gracia.

Iya, pasti karena itu. Tidak mungkin suara-suara yang mengganggu pikirannya dalam dua hari terakhir yang menyebabkan Gracia kehilangan ketajamannya.

Sebut Gracia mengkhayal—mungkin amarah di dirinya yang berbicara—tapi Gracia seperti melihat robot itu tersenyum. Sorot mata LED itu seperti puas melihat manusia ini bingung dengan pertarungannya. Dia merasa dipermalukan sekarang.

Rasanya seperti ada yang tersulut di raganya. Gracia menggeram, raut wajahnya tidak berbeda dengan predator yang menemukan mangsanya. Jarak antara dirinya dan robot itu dengan cepat terkikis oleh kelincahan Gracia. Dia melayangkan pukulan ringan nan cepat, bertubi-tubi ke lawannya. Tidak seperti tadi, dia menjaga pukulannya lebih ketat. Tidak ada ruang yang ia berikan untuk robot itu melonggarkan bloknya.

Tabula RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang