Hai, Selesai. [09]

512 45 18
                                    

FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

HAPPY READING!
.
.

"STOP!" Teriakan Disyaa terdengar cukup lantang, tepatnya pada kedua daun telinga Raka yang sejak tadi fokus membabi buta Arul tanpa jeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"STOP!" Teriakan Disyaa terdengar cukup lantang, tepatnya pada kedua daun telinga Raka yang sejak tadi fokus membabi buta Arul tanpa jeda.

Raka melirik ke sumber suara, pada gadis yang kini berdiri tak jauh di tempatnya menghajar Arul sampai tak sadarkan diri.

Saat sadar dengan apa yang diperbuatnya, Raka melepaskan cekalan tangannya pada seragam Arul, cowok itu kemudian menatap Arul yang sudah tak berdaya di lantai koridor. Raka mengangkat kedua tangannya seolah tertangkap basah oleh polisi, kepalanya menggeleng berungkali, memberi arti gerak tubuh tentang ketidaksengajaannya dalam melakukan itu.

Raka kemudian beralih melirik Disyaa saat dirasa sekelilingnya menyorot fokus, menjadikannya seolah tersangka dari perbuatan yang di luar kendalinya.

"Bukan aku, Syaa," kata Raka dengan tatapan teduhnya.

Raka berharap Disyaa bisa mengerti kondisinya, sialnya semuanya tak seindah apa yang ia bayangkan.

Disyaa masih terdiam di tempatnya dengan sorot mata yang tak percaya, ia menggelengkan kepalanya cukup lama sambil menatap Raka nyalang di tempatnya.

"Gila ya kamu, Ka!" ketus Disyaa.

"Dia yang mulai duluan, Syaa, percaya sama gue!" Raka mengahampiri Disyaa, hendak meraih tangan gadis itu untuk ia genggam, tapi, dengan cepat Disyaa menepisnya.

"Gue pikir lo baik, Ka, ternyata gue salah. Lo bahkan lebih jahat dari ucapan sarkas Arul selama ini," pungkas Disyaa.

Disyaa melewatkan Raka begitu saja, gadis itu memilih menghampiri tubuh Arul yang kini tak sadarkan diri. Ia terduduk lesu, tangannya mengusap pelipis Arul yang kini mengalirkan darah segar sebab serangan Raka pada titik yang sama sedari tadi.

Air mata Disyaa runtuh, gadis itu menatap pada darah yang kini ikut mengalir di tangannya. Disyaa menggeleng dengan segala pikiran negatifnya, ia berteriak histeris, di tengah-tengah murid lain yang kini hanya termangu menatap keadaannya.

"Bawa ke UKS cepet!" Disyaa berteriak dengan tangis yang tak kunjung reda.

Bersamaan dengan itu, petugas PMR datang dengan tandu yang mereka bawa. Beberapa murid lainnya membantu menaikkan tubuh Arul ke atas tandu tersebut, sebelum kemudian dia dibawa ke UKS oleh anak-anak PMR yang bertugas.

Saat Disyaa masih kaku dengan kakinya yang bergetar hebat, Raka menghampiri Disyaa dengan merangkul pundaknya dari belakang.

"Syaa, percaya sama gue, Arul gak bakal kenapa-napa," ucap Raka menenangkan.

Hai, Selesai.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang