FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!
HAPPY READING!
Malam belum terlalu larut, membuat Disyaa berpikir bahwa tak salah juga mungkin menerima ajakan Rivai untuk ke WBI. Lagipun, dia memang benar-benar butuh suasana luar yang berbeda, sekedar ingin me-refresh kembali otak agar dapat berpikir lebih jernih lagi tentang hal-hal yang sedang, dan akan ia hadapi ke depannya.
Keduanya menuruni motor saat motor itu berhenti pada parkiran yang berada di sebelah WBI. Disyaa tak langsung mengambil langkah, gadis itu hanya diam menunggu Rivai selesai dengan kegiatannya menyimpan motor, untuk kemudian cowok itu berjalan menghampiri Disyaa dengan senyuman yang tak urung pudar.
"Mau gue gandeng?" tawar Rivai sambil tertawa jahil.
Selalu saja membuat Disyaa mendengus kesal karena tingkahnya, gadis itu dengan cepat menepis Rivai untuk kemudian melangkah lebih dulu.
"Hati-hati," kata Rivai.
Langkah Rivai yang lebar karena postur tubuhnya yang tinggi itu berhasil menyusul Disyaa. Keduanya kemudian berjalan beriringan menuju WBI.
Saat Disyaa tepat di ambang pintu, tiba-tiba saja ia menghentikan langkahnya, membuat Rivai mau tak mau menabrak tubuh kecilnya karena penghentian langkah yang mendadak itu.
Rivai menunduk, menatap pada Disyaa dengan segala heran, mengapa menghentikkan langkah di ambang pintu seperti ini?
Cowok itu mengikuti arah pandang yang sepertinya menjadi fokus Disyaa. Tatkala netranya terarah pada apa yang Disyaa lihat, Rivai baru menyadari, apa alasan langkah gadis itu terhenti secara mendadak seperti ini. Kemudian, cowok itu tanpa permisi justru menarik tangan Disyaa untuk ia genggam, untuk masuk tanpa ragu ke dalam WBI yang mana di sana rupanya terdapat Arul dan Alena.
"Gak usah takut, lo punya gue," ucap Rivai berbisik pada telinga gadis itu.
Disyaa bahkan enggan mendengarkan, gadis itu dibuat hilang fokus, dengan pikiran yang kembali mengingat fakta siang tadi. Rupanya, mereka benar-benar saling mencintai, ya? Disyaa dibuat lemas, rasanya melihat telapak tangan Arul yang mendarat pada punggung tangan gadis lain begitu menjadi sayatan menyakitkan dalam hatinya.
Gadis itu berdiri kaku, enggan melanjutkan langkah, juga enggan membalikkan badan untuk melangkah ke lawan arah. Ia hanya berdiri, mematung dengan tatapan yang sama sekali tak teralihkan pada dua orang remaja yang sedang bersandar mesra di dalamnya.
"Masuk, Syaa," ajak Rivai lagi. Sebetulnya, sedari tadi Rivai sudah berusaha menarik Disyaa dengan perlahan, tapi, gadis itu bersikeras menahan diri untuk tetap berdiri di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Selesai.
Teen Fiction[Completed] FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA! ............ Jatuh cinta itu tidak salah, hanya jatuh kepada siapa cintanya, itu yang kadang jadi masalah. "Ketika mencintaimu adalah suatu kesalahan besar yang selalu aku benarkan." Perihal cinta yang...