FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!
HAPPY READING!
Dering ponsel berhasil membangunkan Arul dari lelapnya. Usai lama bergalut pada emosi dan pikiran kacau, ia rupanya hanyut sejenak pada alam bawah sadar yang tak menampilkan bunga tidur apapun di sana.
Arul meraba tempat tidurnya, meraih ponsel yang terletak tak jauh dari tempatnya terbaring. Cowok itu dengan sedikit lesu, beralih duduk dan menatap layar ponsel yang menampilkan nama Raka di sana. Sebuah telepon masuk di jam siang menuju petang, berhasil mengganggu tidurnya.
"Iya, kenapa?" tanya Arul pada seseorang di seberang sana.
"Disyaa di mana anjing!"
Suara tegas itu, membuat Arul sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya. Ia menatap ulang nama di balik layar yang kini baru ia sadari siapa pemilik sumber suara itu.
"Gue share lock," balas Arul.
Arul lalu mengakhiri panggilan itu secara sepihak, kemudian beralih pada room chat penelepon tadi dan mengirimkan lokasinya saat ini.
Centang dua yang langsung membiru, memunculkan beberapa notifikasi sebagai jawaban. Arul berdecak, untuk kemudian memilih tetap membuka pesan yang Raka kirim.
Raka
Lo bawa Disyaa ke rumah? Lo gila? Lo apain dia anj?Arul
Bacot. Ke sini cepet.Arul kemudian melempar asal ponselnya, enggan menghiraukan lagi notifikasi yang terus muncul di balik layar ponsel itu. Ia memilih bersandar pada tempat tidurnya, mengurut kening yang dirasa pusing, sebelum akhirnya memilih turun ke ruang tamu untuk menunggu kedatangan Raka di sana.
******
Knop pintu terbuka tanpa permisi, dua laki-laki yang masih mengenakan seragam putih abu-abu itu kini menghampiri pemilik rumah yang terduduk santai sambil memejamkan mata di sofa.
"Di mana Disyaa?" tanya Raka tanpa basa-basi, netranya mengedar pada sekeliling rumah Arul yang tampak sepi.
Arul membuka matanya perlahan, melihat pada Raka dan Rivai yang kini berdiri di depannya. Ia kemudian memutar bola mata santai sambil mengukir senyum kecil.
"Minimal permisi," sindir Arul, merasa etika Raka memasuki rumahnya sangat semena-mena.
Raka berdecak kesal, ia mengambil duduk pada satu sofa lain yang menjadikan posisi antara dirinya dan Arul berhadapan saat ini.
"Gak usah banyak bacot. Disyaa di mana?" Tatapan Raka menyorot penuh keseriusan.
Sementara Arul, masih dengan tenang, membenarkan posisi duduknya dan mulai menatap Raka. Gelengan kepala yang Arul berikan membuat Raka menggeram dengan kekesalan yang belum terluapkan, ia menatap Arul semakin tajam, yang dapat Arul pahami makna dari tatapan itu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Selesai.
Teen Fiction[Completed] FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA! ............ Jatuh cinta itu tidak salah, hanya jatuh kepada siapa cintanya, itu yang kadang jadi masalah. "Ketika mencintaimu adalah suatu kesalahan besar yang selalu aku benarkan." Perihal cinta yang...