Hai, Selesai. [10]

502 39 4
                                    

FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

Halo semua, it's me, Tiw!
Sudah masuk bagian 10 dari cerita Hai, Selesai. Tapi, menuliskan kisah ini rasanya seperti mengulang luka secara sengaja.

Oleh karena itu, sebagai bentuk support kalian yang memang suka dan nyaman dengan cerita ini, tolong bantu share juga rekomendasikan ke teman-teman kalian ya!

Tujuannya, agar banyak orang yang tahu, dan juga ikut merasakan, betapa sakitnya menjadi orang tulus yang selalu disia-sia kan. Namun, semuanya tidak akan seperti itu, roda kehidupan berputar, kan? Pelan-pelan, kita buktikan pada tokoh utama suatu perubahan besar.

So, jangan berpaling ke lain hati ya, eh ke lain cerita maksudnya! Karena, semua akan lebih menyenangkan jika kita membaca sepenuhnya.

Enjoy girl!

HAPPY READING!
.
.

Monica mengambil duduk di samping Disyaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Monica mengambil duduk di samping Disyaa. Dua gadis itu kini sama-sama menatap kosong ke arah lapangan, ditemani dengan semilir angin yang menghembus lembut pada pori-pori kulit mereka.

Tidak ada perbincangan untuk beberapa waktu, keduanya sama-sama diam dengan pikiran masing-masing yang tak diketahui. Sampai, langkah kaki seorang siswa yang melewati mereka, berhasil mengalihkan fokus Disyaa dan Monica di sana.

Sambil menyusuri koridor, Disyaa melihat Arul yang sedang berjalan dengan tangannya yang tak lepas menggenggam Alena. Kedua remaja itu melewati Disyaa tanpa menoleh sedikitpun. Dengan ukiran senyum yang tak pernah pudar, juga tawa Alena yang tampak bahagia, sungguh berhasil menyayat hati seorang Disyaa Nazaleazura secara perlahan.

Dari sorot mata Disyaa yang terus fokus pada kedua remaja itu, Monica mengikuti arah pandang sahabatnya, cukup lama, keduanya sama-sama dibuat termangu memperhatikan interaksi Arul dan Alena yang mulai menghilang dari pandangan mereka.

"Lo kayaknya suka banget sama Arul ya, Syaa?" tanya Monic, membuka suara.

Disyaa membiarkan hening untuk beberapa saat, gadis itu memutar bola matanya tanpa ekspresi, mengalihkan pandangannya untuk kembali fokus ke arah lapangan.

"Gue rasa gitu," aku Disyaa pada Monica.

"Sampai lo marahin Raka karena dia ngehajar Arul?" todong Monic.

Disyaa melirik selintas ke arah Monica.

"Raka itu salah, Mon," sergahnya.

Anggukan kecil Monic lakukan.

"Lo sebenernya tau gak sih kalau dia lakuin semua itu demi lo?" tanya Monic.

Disyaa mengangguk pelan.

Hai, Selesai.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang