Jakarta, 2018. [02]

323 37 10
                                    

FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

HAPPY READING!

Malam yang larut menjadi saksi, suasana sepi, hanya ditemani siulan burung hantu tanpa menampakkan diri, laki-laki dengan jaketnya berjalan tertatih-tatih, menyusuri lorong rumah sakit yang menghadirkan euforia mencekam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Malam yang larut menjadi saksi, suasana sepi, hanya ditemani siulan burung hantu tanpa menampakkan diri, laki-laki dengan jaketnya berjalan tertatih-tatih, menyusuri lorong rumah sakit yang menghadirkan euforia mencekam.

Saat hendak membuka pintu karena telah sampai pada ruangan yang dituju, di balik pintu kaca yang menampakkan seorang gadis tertidur lelap di dalamnya, membuat ia mengurungkan niat. Enggan mengganggu istirahatnya, enggan menjadi pengganggu juga dari kenyamanan dalam bunga tidur gadis di dalam sana.

Tangannya tertahan, untuk kemudian turun dengan lemah. Di depan ruangan yang menyediakan rentetan kursi tunggu pasien, ia mendudukkan dirinya. Bersandar sambil membuang napas kasar. Langit yang semakin gelap sebab gemintang dan terangnya rembulan juga perlahan mulai pamit meninggalkan bumi menuju pergantian hari.

Ia melirik pada jam di tangannya, tepat pada sepertiga malam, kantuk mulai menyerang. Sebab terlalu dingin jika tertidur di kursi itu dengan terpaan angin malam yang langsung menelisik, Arul memilih berpindah tempat, menuju pada ruang tunggu yang disediakan di rumah sakit itu.

Ia berniat lelap sejenak, melepas penat sambil mengistirahatkan fisik dan pikirannya yang cukup kacau akibat serangan begal di jalan tadi. Ia mulai berjalan, menuju ruang tunggu yang letaknya sekitar seratus meter dari ruangan gadis yang tertidur di sana.

Merebahkan diri, melepas segala lelah yang tak mampu diutarakan. Arul mulai memejamkan netranya perlahan, berharap dengan ini, ia bisa kembali normal dan menjaga Disyaa sesuai tujuan awalnya datang ke rumah sakit. Meski tidak langsung ke dalam ruangan Disyaa, Arul lebih memilih menghampiri Disyaa esok saja, saat dirinya sudah sedikit membaik, saat Disyaa juga sudah istirahat penuh dengan tidurnya di malam ini. Laki-laki dengan balutan jaket hitam yang tak kunjung dibuka, berhasil terlelap di dalam ruang tunggu bersama beberapa keluarga pasien yang ikut beristirahat di sana.

*******

Cahaya mentari itu mengganggu penglihatan remaja yang kini mengerjap. Membuka netranya perlahan, menyeimbangkan cahaya di sekelilingnya. Langit cerah, mulai menampakkan diri. Rupanya ia selarut itu tadi malam, melirik pada jam dinding yang memperlihatkan pukul tujuh pagi.

Arul tersentak, kemudian dengan segera bangun dari tidurnya. Melepas pegal dengan sedikit melakukan rentangan pada anggota badan yang dirasa kaku. Ia kemudian balik melirik pada jam di tangannya, tidak ada perbedaan, pukul tujuh pagi menjadi jawaban dari jam bangun tidurnya saat ini.

Arul teringat pada tujuan awal, ia sontak berdiri, melihat sekitar yang sudah mulai ramai, berbanding saat malam dirinya datang ke sini. Cowok itu berjalan pada satu tujuan, menuju ruangan yang semalam urung ia kunjungi.

Hai, Selesai.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang