Hai, Selesai. [37]

350 36 5
                                    

FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

HAPPY READING!

"Gimana? Membaik?" tanya Raka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gimana? Membaik?" tanya Raka.

Disyaa hanya mengangguk, menyembunyikan wajahnya di balik surai rambut yang menutupi. Usai selesai dengan kegiatannya mengompres beberapa lebam pada wajah gadis itu, Raka kembali membereskan peralatan dan menyimpannya pada nakas UKS yang tersedia di sana.

"Mau sampe kapan kayak gini?" Raka berjalan, mengambil duduk di samping brankar tepat di mana Disyaa berada.

"Gue bener-bener gak ngerti lagi sama lo, Syaa," keluh cowok itu.

"Kenapa diem? Liat gue, jawab pertanyaan gue. Gak capek lo nyakitin diri sendiri kayak gini?" tegas Raka lagi.

Namun, Disyaa tak peduli. Gadis itu masih menunduk tanpa ingin menatap Raka. Sampai Raka bertindak, menarik tubuhnya agar semakin dekat, juga mengangkat pandangan Disyaa secara paksa.

"Liat gue!" Raka mencengkeram pipi Disyaa untuk di arahkan pada pandangannya.

"Apa sih yang lo liat dari Arul? Kurangnya gue apa?!" sentak Raka.

Untuk terus menerus berintonasi rendah, rasanya terlalu lelah, karena sudah berapa banyak kata yang ia ucap agar Disyaa sadar akan kebodohan cintanya pada Arul, tapi, tetap saja tak didengarkan oleh gadis itu.

Sesekali, bertindak tegas juga tidak masalah, bukan?

"Jawab gue!" Disyaa mengerjap, baru kali ini ia dibuat terkejut dengan intonasi tinggi seorang Raka Dargana.

Raka yang selalu lembut padanya, tatapan yang selalu disorotkan teduh, tapi, kini semuanya hilang. Saat ini laki-laki yang berada di hadapan Disyaa seperti bukan seorang Raka yang ia kenali. Benar-benar jauh berbeda.

Cengkeraman tangan Raka semakin kuat pada pipi gadis itu, diambil alihnya wajah Disyaa yang membuat jarak antara keduanya hanya tersisa beberapa senti saja. Kedua hidung yang bahkan hampir saling beradu itu, membuat deru napas hangat keduanya saling bertukar.

"He even took your first kiss," bisik Raka dengan seringai tawa yang membuat pribadinya semakin terlihat mengerikan saat ini.

"Gue benci cowok perusak, Syaa," tekannya lagi, masih berbisik pada telinga Disyaa.

"So, izinin gue buat bersihin bekas bibir cowok brengsek itu dari mulut lo," pungkasnya.

Dengan cepat Raka merangkul pinggang Disyaa begitu erat. Mendaratkan bibirnya pada bibir gadis itu yang kini ikut bermain lembut dan dalam di sana, untuk seperkian detik, sebelum kemudian Disyaa mengatupkan kedua bibirnya dengan sempurna, yang membuat Raka terhenti untuk melanjutkan aksinya.

Hai, Selesai.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang