Hai, Selesai. [39]

375 33 2
                                    

FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

HAPPY READING!

Dalam salah satu kafe yang ada di wilayah ibu kota, terduduk dua orang remaja pada satu tempat yang sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam salah satu kafe yang ada di wilayah ibu kota, terduduk dua orang remaja pada satu tempat yang sama. Suasana senja menuju malam, menjadi saksi beberapa pasangan remaja yang kini sedang bercinta, salah satunya, adalah Alena dan Arul.

Keduanya kini sama-sama menikmati alunan musik yang diputar di sana, melempar senyum yang termanis sambil sesekali menyuap dan saling suap pada hidangan yang mereka pesan.

Binar mata bahagia itu, ada pada kedua netra Alena. Gadis itu tampaknya sangat menikmati momen ini, duduk berdua di antara banyaknya pasang mata yang memperhatikan sesekali, dirinya merasa dirayakan sepenuhnya, oleh sosok yang memang entah karena apa, berhasil membuatnya jatuh hati sejak awal bertemu.

Tangan mereka tak lepas, terus bertaut di atas meja. Rasanya begitu menyenangkan mengenal seorang Arul Genta Permana di awal masa putih abu-abunya. Meski terpaut dua tahun beda usia, tapi, umur itu hanya angka, bukan?

"Seneng?" tanya Arul.

Anggukan Alena tampak antusias, gadis itu tak urung menyunggingkan senyum bahagia pada kedua sudut bibirnya.

"Seneng banget," jawab Alena.

"Maafin aku, ya?" pinta Arul. Mengingat Alena yang marah padanya tadi pagi, membuat hatinya tidak tenang.

Alena mengangguk, untuk kemudian gadis itu merangkul tangan Arul dan menyandarkan kepalanya pada pundak kanan sang pacar.

"Aku maafin kamu," ujar Alena.

Netra Alena teralihkan, menatap rahang tegas milik Arul yang tampak mempesona.

"Tapi apa yang diucapin Disyaa enggak bener, kan?" tanya Alena lagi, memastikan.

Naif rasanya jika ia tidak kepikiran tentang ucapan Disyaa di sekolah saat itu. Dirinya cemburu, bahkan relung hatinya mengakui bahwa dia takut Arul akan berpaling pada Disyaa, meski jika berkaca, semua itu rasanya tidak mungkin menurut Alena.

Arul tak langsung menjawab, pertanyaan itu seperti dibuat sulit olehnya, ia terdiam cukup lama, dengan netra yang mengedar, membuang pandangan agar tak terlihat gelisah di hadapan Alena.

"Kamu gak bisa ngeyakinin aku kalau ucapan Disyaa itu bohong?" tanya Alena lagi. Ia dipenuhi rasa curiga, apalagi dengan respons Arul yang seperti itu.

Sejenak berpikir, sebelum akhirnya tangan cowok itu tergerak mengusap lembut pipi Alena.

"Kamu itu sempurna, Len, gak ada yang bisa nandingin kamu di mata aku, apalagi Disyaa," ungkap Arul dengan manipulatifnya.

Hai, Selesai.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang