Hai, Selesai. [20]

459 32 0
                                    

FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

HAPPY READING!

Jatuh cinta sama kamu, sesenang itu.

Pandangan gadis itu terpaku pada nuansa rumah yang hanya menyuguhkan keheningan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pandangan gadis itu terpaku pada nuansa rumah yang hanya menyuguhkan keheningan. Usai lamanya ngebut-ngebutan dengan pikiran yang kalut di jalanan tadi, Arul membawa Disyaa ke rumahnya saat ini. Menjadi satu hal yang mengejutkan juga bagi gadis itu tatkala Arul menyuruhnya untuk singgah, pada rumah yang sama sekali tak ada siapa-siapa di sana.

Sudah beberapa menit lalu, Disyaa dibuat termangu di ruang tamu. Saat Arul izin untuk berganti pakaian dulu, gadis itu memilih duduk di sofa sambil terus mengintimidasi setiap sudut dalam rumah tersebut.

Sepi, bahkan sedari tadi pandangan Disyaa mengedar, sama sekali tak ada objek lain yang dapat ia lihat selain sosok remaja laki-laki seusianya yang membawa dia ke sini.

"Gak usah takut," celetuk Arul.

Saat dirasa sudah siap dengan pakaian yang sudah digantinya, Arul kembali menghampiri Disyaa, mengambil duduk di samping gadis itu dengan membiarkan jarak yang sedikit jauh darinya.

"Enggak, siapa yang takut?" sangkal Disyaa, melirik Arul.

"Lo aman?" Arul memperhatikan gadis itu, dengan pandangan yang mulanya dari ujung rambut, sampai ujung kaki. Detail.

Ditatap sedalam itu, rasanya membuat Disyaa mengerjap dengan salah tingkah yang tak mampu ia sembunyikan.

"Aman apanya?" tanya Disyaa.

Mendapati jawaban yang tak sesuai, Arul berdecak sambil membuang pandangannya.

"Lupain, gue pikir tadi lo mati," lontarnya asal.

"Lo pengen gue mati?" Disyaa menatap Arul tak percaya. Ucapan itu seperti ... Entahlah, sulit dijabarkan rasanya.

"Enggak." Arul menggeleng. "Gue yang pengen mati."

Disyaa dibuat bungkam, terkejut dengan penuturan laki-laki di hadapannya. Saat tatapan Arul berubah seperti kosong dengan sorot kesenduan, gadis itu akhirnya mengingat tentang kejadian di pinggir jalan tadi. Antara Arul, juga wanita yang disebut Mama olehnya.

Memahami situasi saat ini, Disyaa tanpa ragu mengambil gerak yang mendekatkan jarak duduknya dengan Arul. Tangannya penuh keberanian mengusap pundak Arul yang langsung membuat sang empunya melirik.

"Gak tau seberapa berat masalah yang lagi lo hadapi sekarang, tapi, tolong jangan pernah berpikir untuk mengambil langkah buruk yang lo ucapin," ujar Disyaa.

Kentara sekali, raut khawatir dalam wajah gadis itu. Dengan bayangan yang merealisasikan ucapan Arul saja, Disyaa sudah berhasil dibuat lemas, bagaimana jika itu benar-benar terjadi?

Hai, Selesai.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang