Hai, Selesai. [28]

366 35 2
                                    

FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

HAPPY READING!

Pagi itu menjadi awal ceria yang entah sejak kapan sirna beberapa hari lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi itu menjadi awal ceria yang entah sejak kapan sirna beberapa hari lalu. Mengingat ucapan Arul semalam, rasanya berhasil membuat gadis itu tertidur nyenyak bahkan tanpa bunga mimpi buruk hingga ia kembali terbangun di pagi ini.

Langkahnya yang penuh antusias, menuju pada ruang tamu rumah untuj berpamitan kepada Sang mama.

Dari arah kamar, dirinya tak urung mengulas senyum sambil menyertai langkah demi langkah yang akhirnya membawa gadis itu pada ruang tamu rumahnya yang sederhana.

Namun, senyum itu seketika pudar, tatkala pandangannya disuguhkan dengan beberapa koper yang siap untuk diangkut di ruang tamu itu. Barang-barang penting yang tersusun rapih di dalam sebuah kardus, juga beberapa koleksi buku harian miliknya yang juga ada di sana.

Disyaa memperhatikan koper-koper itu, pikirannya sibuk bertanya-tanya pada maksud dari apa yang ia lihat. Beberapa koper dengan nuansa hitam, juga koper berwarna biru muda miliknya yang ia duga isinya adalah baju-baju gadis itu.

Pandangan gadis itu terangkat, netranya beralih pada pemandangan sekelompok keluarga kecilnya yang kini menatapnya dengan ulasan senyum tipis.

Dua kakak laki-laki yang sudah setia menunggu kehadirannya sedari tadi, juga mama yang ikut duduk di sofa itu. Melihat wajah Dino dan Dion yang menatap pokus ke arahnya, gadis itu berhasil menyimpulkan satu praduga yang menjawab pertanyaannya.

Dengan langkah pasti, ia mendekat pada Dino dan Dion, netranya menyorot tak ramah, memperlihatkan penolakan pada sesuatu yang sudah mereka rencanakan saat ini.

"Kerjaan lo berdua, kan?" todong Disyaa. Dirinya bahkan tak menyapa lebih dulu, gadis itu langsung menodong kedua laki-laki dengan kisaran usia yang jauh darinya.

"Yang sopan kalau ngomong," tegur Dino pada gadis itu dengan lirikan tajamnya.

Disyaa memilih tak peduli, gadis itu terkekeh, membuang pandangan asal. Lalu, menatap koper-koper itu bergantian.

"Lo ngegusur gue sama Mama?" tuduh Disyaa. Jemarinya menunjuk pada koper-koper itu, kemudian beralih menunjuk Dino dan Dion.

"Apaan nih maksudnya?" tanya Disyaa dengan nada datarnya.

Di waktu sepagi ini, gadis itu disuguhkan dengan pemandangan yang benar-benar menguji kesabarannya. Ia bahkan ingin meluapkan emosinya saat ini, jika saja tidak ada Sang mama yang menyaksikan mereka di sana.

Dino berdiri, tingginya yang melebihi Disyaa membuat gadis itu sedikit menengadah untuk menatapnya.

"Gak ada yang ngegusur lo sama Mama," ucap Dino dengan santai, kedua tangannya setia masuk pada saku celana yang ia kenakan.

Hai, Selesai.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang