FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!
HAPPY READING!
Motor itu berhenti tepat di depan halaman rumah yang tak asing bagi Disyaa. Namun, ini bukan rumahnya, melainkan rumah laki-laki yang kini sibuk turun dan membuka jas hujan yang dikenakannya.
Disyaa tampak termangu, bingung dengan segala terkanya yang bertanya, mengapa dirinya dibawa ke rumah Arul? Padahal seharusnya, pulangkan saja dia lebih dulu agar tidak merepotkan cowok itu.
Tangan gadis itu sibuk menyilang erat di depan dada, memeluk diri untuk mencoba menetralkan suhu tubuh yang semakin mendingin, mual, dinginnya angin sore yang berpadu padan dengan basahnya tubuh gadis itu, menjadikan dirinya pusing saat ini. Dengan raut wajah yang pucat, Disyaa bahkan sudah tak bisa berucap banyak. Menetralkan rasa dingin dalam tubuhnya saja rasanya sudah terlalu lelah.
"Lo aman?" Usai selesai dengan jas hujan yang ia bereskan, Arul membuka helmnya, cowok itu lalu melirik Disyaa.
Hanya gelengan kepala yang Disyaa lakukan sebagai jawaban, bahkan untuk bersuara saja, ia terlalu sulit melakukannya.
"Ayok masuk," titah Arul.
Langkahnya mendahului gadis yang kini masih setia berdiri di halaman rumahnya. Baju yang semula basah itu, kini sudah hampir mengering karena terpaan angin di jalanan.
Merasa tak ada yang mengikutinya, Arul menghentikan langkah, cowok itu terdiam cukup lama sebelum akhirnya berbalik arah, kembali menatap Disyaa yang masih berdiri pucat di dekat motornya.
"Lo gak mau masuk, hm?" tanya Arul sambil menaikkan satu alisnya.
Lagi, Disyaa hanya bisa menggeleng. Bukannya tidak mau, melainkan dirinya sudah tak mempunyai kekuatan untuk melangkah. Tubuhnya begitu lemas, terkulai selama itu di jalanan dengan terpaan hujan yang bebas membasahinya, rasanya cukup membuat Disyaa nyaris tak berdaya.
Mendapati Disyaa yang tak kunjung merespons ucapannya, Arul berdecak sambil membuang pandangan. Kemudian, cowok itu memilih menghampiri Disyaa, hendak menarik kembali tangan gadis itu meski Disyaa menahannya dengan sisa tenaga yang ia punya.
"Kenapa seneng banget bikin gue emosi sih?" sentak Arul. Saat Disyaa menolak untuk ditarik ke dalam rumahnya.
"Lepasin!" Untuk kali pertama, Disyaa bersuara. Intonasinya lemah meski penuh penekanan.
"Fine." Arul melepaskan tangannya pada gadis itu. "Gue tau lo bisa jalan sendiri," sambungnya.
Ia kemudian menjauh dari Disyaa, memberi jarak antara dirinya dan gadis itu, lalu menyorot nyalang ke arah Disyaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Selesai.
Teen Fiction[Completed] FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA! ............ Jatuh cinta itu tidak salah, hanya jatuh kepada siapa cintanya, itu yang kadang jadi masalah. "Ketika mencintaimu adalah suatu kesalahan besar yang selalu aku benarkan." Perihal cinta yang...