FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!
HAPPY READING!
..........................................
Hidup di atas jutaan pertanyaan itu sakit, sama sakitnya dengan hidup di atas ketidakpastian.
Jakarta, 2019.
Suasana ibu kota yang selalu ramai dengan macetnya. Banyaknya kendaraan berlalu lalang menjadi pemandangan pada beberapa pasang mata yang ada di salah satu warung depan SMA TB.
Warung Bi Iyem, atau kerap disebut WBI. Satu tahun sudah menjadi tempat tongkrongan kelas sepuluh yang kini telah menjadi kelas sebelas. SMA TB yang juga ikut melahirkan murid-murid baru meski tidak terbilang banyak. Meluluskan beberapa siswa-siswi kelas dua belas tahun lalu dengan mengantar mereka pada tujuan masing-masing yang akan ditempuhnya.
Tidak ada lagi Monica sebagai kakak kelas mereka, Daniel sebagai laki-laki yang dikenal dengan keaktifannya di sekolah karena jabatan ketua osis, juga Alena, yang sempat menjadi incaran para siswa di sekolah itu, dan sempat menjadi pacar seorang remaja yang dicintai hebat oleh gadis sederhana.
Kini, SMA TB hanya menyisakan beberapa murid kelas dua belas yang memang tidak terlalu akrab dengan kelas sebelasnya. Menjadikan kelas itu terasa hampa, sekolah tanpa drama bersama kakak kelas mereka rasanya sangat tidak menyenangkan.
Lamunan kerap menjadi suasana para murid kelas sebelas yang kini hanya tersisa laki-laki saja seisinya. Sembari menunggu bel masuk, biasanya mereka terdiam di WBI. Sesekali melempar canda, meski pada akhirnya kerap menimbulkan hening cukup lama.
"Makin hari makin sepi ya," celetuk Rizki, ia tengah bersandar pada pintu WBI, pandangannya menatap pada jalanan dengan kedua tangan yang disimpan di dalam saku celananya.
"Bener tuh!" Vino berjalan mengambil bakwan jagung untuk sarapan, kemudian duduk di samping Fiki.
"Apalagi kelas, sepi banget. Mana bosen lagi tiap hari liat muka itu-itu aja," sambung Vino sebelum menyuap bakwannya.
"Iya, L pangkat empat jadinya," timpal Fiki.
Dari arah pintu, Rizki mengangkat satu alisnya. "L pangkat empat apa maksudnya?"
"Lo lagi lo lagi!" Fiki terkekeh, membuat teman-temannya juga ikut tertawa kecil.
Di sudut WBI juga ada Arul. Ia duduk di samping Raka yang sibuk dengan gitar di tangannya. Gitar yang sengaja Raka bawa dari rumah, semenjak kelas sebelas, dan selalu dititipkan di WBI. Mengingat suasana sekolah yang selalu membosankan, gitar itu sengaja Raka bawa untuk mencipta kehangatan, mencairkan suasana melalui alunan-alunan musik yang nantinya akan membuat seisi kelas bernyanyi bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Selesai.
Teen Fiction[Completed] FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA! ............ Jatuh cinta itu tidak salah, hanya jatuh kepada siapa cintanya, itu yang kadang jadi masalah. "Ketika mencintaimu adalah suatu kesalahan besar yang selalu aku benarkan." Perihal cinta yang...