FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!
HAPPY READING!
.........................................................
“Kalau jatuh cinta, harus mau merasakan sakit dari jatuhnya juga, bukan cuma indahnya haluan tentang definisi cinta itu doang.”
Disyaa merebahkan diri di atas tempat tidurnya. Malam ini rasanya cukup melelahkan, dengan segala drama panjang yang telah ia jalani seharian. Gadis itu bahkan tak terhitung berapa kali menghela napas berat dengan pikirannya yang merutuki diri sendiri, mengenai bodohnya ia, yang tak mampu mengendalikan hati sejauh ini.
Disyaa termangu, pikirannya yang rancu itu membuatnya membisu. Gadis itu menatap pada langit-langit kamar yang bernuansa biru. Cukup lama, sorotnya begitu kosong. Sama sekali tak memancarkan keteduhan seperti biasanya.
Biru, ia menyipitkan matanya, seperti teringat sesuatu pada nuansa yang ia pandang sejak tadi.
Selanjutnya, gadis itu dibuat bangun tiba-tiba dari posisi awalnya. Terduduk dengan raut wajah yang tampak berpikir. Sebelum akhirnya ia berjalan menuju lemari pakaian.
Mengeluarkan sebuah kaos berwarna biru yang ia kenali. Disyaa membawa kaos tersebut, untuk kemudian ia simpan di atas pangkuannya sambil terus dipandangi. Seperti ada binar kekecewaan yang terpancar melalui cara pandangnya pada kaos itu.
Sebuah kaos yang memang menyimpan kenangan. Meski singkat, tapi rasanya terlalu berat untuk dilupa begitu saja. Mengingat pada kenyataan yang terungkap hari ini, boleh kah Disyaa tetap menaruh harap dengan ingatan baiknya Arul saat dia memberikan kaos itu untuknya?
Pikirannya berkelana, ia bahkan sibuk mencari jalan keluar dari segala hal yang menjadi beban isi kepalanya.
Selanjutnya bagaimana? Disyaa benar-benar semakin hilang semangat menjalani hari esok. Sapaan mentari yang biasanya menjadi penyemangat, justru malah memicu ketakutan padanya saat ini. Takut akan banyak lagi kecewa-kecewa yang berdatangan menunjukkan faktanya pada gadis itu.
Sangat lama gadis itu terdiam di dalam kamar, sebelum satu ketukan pintu yang berhasil mengalihkan fokusnya. Ia dengan segera menuju ruang tamu untuk melihat siapa yang datang.
Satu tarikan knop pintu itu memperlihatkan seorang yang dikenalinya sedang berdiri, berpakaian begitu rapih. Paras tampan itu dengan sekali memutar pandangan menatap sang pemilik rumah. Sunggingan senyum yang cukup lebar itu menjadi sapaan.
"Silahkan masuk," kata cowok itu.
Lucu, ia bahkan mempersilahkan diri sendiri untuk melengos begitu saja masuk ke dalam ruang tamu. Seolah rumah itu adalah miliknya, dan yang membukakan pintu adalah pembantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Selesai.
Teen Fiction[Completed] FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA! ............ Jatuh cinta itu tidak salah, hanya jatuh kepada siapa cintanya, itu yang kadang jadi masalah. "Ketika mencintaimu adalah suatu kesalahan besar yang selalu aku benarkan." Perihal cinta yang...