FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!
HAPPY READING!
Mentari pagi itu ikut menyambut cerianya seorang gadis yang kini sedang mengukir senyum sambil terduduk santai di meja makan. Usai menyiapkan diri untuk pergi ke sekolah, ia menyempatkan sarapan lebih dulu, dengan sepotong roti dan segelas susu hangat yang bisa sedikit mengganjal perutnya sampai jam istirahat siang nanti.Disyaa tak memudarkan senyumnya sedari tadi, gadis itu terus mengangkat kedua bibirnya menjadi lekungan sempurna sambil memasukkan kaos berwarna biru milik Arul ke dalam tasnya.
Ia berniat untuk mengembalikan kaos itu pada pemiliknya, setelah dicuci hingga bersih, juga disetrika sampai diberi minyak wangi yang Disyaa harap bisa membekas untuk selalu diingat oleh Arul harumnya.
Netranya terus menatap pada langit-langit ruangan yang sepi itu, lagi-lagi, dirinya dibuat salah tingkah sedari malam. Membayangkan kejadian malam tadi benar-benar membuatnya hampir gila, Disyaa bahkan tidak tau lagi harus bereaksi seperti apa, untuk memberitahu seisi semesta, bahwa hatinya sedang bersorai begitu menyenangkan saat ini.
Cukup lama hanyut dalam angan kejadian semalam, sebelum kemudian gadis itu mulai melangkah, meninggalkan rumah bernuansa sederhana, untuk menuju ke sekolah.
*****
Di dalam ruang kelas sepuluh, tampak dua orang remaja yang sedang beradu canda dengan manja. Menjadi pemandangan utama seisi kelas, tapi, sang empunya bahkan seolah tak peduli pada sekeliling mereka. Layaknya pasangan yang memang merasa dunia hanya milik mereka berdua.
"Gini amat pemandangan pagi gue," celetuk Fiki. Ia baru saja datang, tapi, sudah harus dihadapkan oleh pemandangan yang membuat hatinya panas.
"Gak usah ngeluh, lo baru nyampe, lah, apa kabar kita dari satu jam yang lalu?" Vino mengadu nasib. Ia duduk di sebelah Rizki, yang memang sedari tadi menjadi saksi mesranya Arul dan Alena di dalam kelas itu.
"Gak apa-apa, bahagia sejenak, sebelum nanti pura-pura jomblo lagi," sindir Fiki.
Bola mata Arul membulat, melirik sempurna ke arah Fiki. Cowok itu berdesis, menampakkan raut tak suka pada perkataan temannya itu.
"Gak ada pura-pura lagi," cela Arul, ia menatap Alena kemudian. "Gue sama Alena udah go public," sambungnya.
"Boleh juga omongan lo," sahut Vino, ia kemudian melangkah mendekat pada Fiki, yang membuat jaraknya dengan Arul tak terlalu jauh.
Vino mencondongkan badannya, menatap Arul dengan fokus cukup lama.
"Terus Disyaa mau lo kemanain?" todong Vino sambil tersenyum simpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Selesai.
Teen Fiction[Completed] FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA! ............ Jatuh cinta itu tidak salah, hanya jatuh kepada siapa cintanya, itu yang kadang jadi masalah. "Ketika mencintaimu adalah suatu kesalahan besar yang selalu aku benarkan." Perihal cinta yang...