FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!
HAPPY READING!
Disyaa menatap iba, pada paras laki-laki yang netranya tertutup sempurna. Usai susah payah membawa Arul ke atas sofa ruang tamunya, Ia mempersiapkan wadah yang berisikan air hangat untuk mengompres luka pada wajah cowok itu.
Disyaa tak tega membangunkan Arul yang memang belum tersadar dari pingsannya. Gadis itu khawatir, jelas, tapi, dirinya kini malah menikmati pemandangan wajah Arul dengan begitu dekat.
Ditatapnya cukup lekat, raut wajah yang kini menampilkan lebam dengan sisa-sisa darah kering yang ada pada setiap sudutnya. Cukup lama, Disyaa tersenyum, rasanya begitu senang melihat paras yang ia idam-idamkan yang kini sedang terpejam dengan penuh ketenangan. Gadis itu hanyut seketika, sebelum kemudian ringisan kecil sebagai tanda kembalinya kesadaran Arul, membuat Disyaa mengerjap dan sontak membenarkan posisi duduknya.
Netra Arul perlahan terbuka, dengan ringisan kecil yang keluar dari mulutnya. Cowok itu, mengurut keningnya dengan raut wajah yang menampilkan rasa sakit. Perlahan, ia menyeimbangkan cahaya di sekelilingnya, sebelum kemudian pandangannya tertuju pada gadis yang duduk di sampingnya saat ini.
"Syaa?" panggil Arul. Arul berusah untuk bangun, meski cukup sulit rasanya, sampai Disyaa ambil alih membantunya.
Cowok itu kini terduduk dengan kakinya yang lurus memenuhi sofa, sementara Disyaa, ia setia duduk pada sisa-sisa pinggir sofa bersama Arul.
Arul lagi-lagi mengurut keningnya, merasakan pusing yang entah tak urung hilang sedari awal ia ke rumah Disyaa. Cowok itu tampak kacau, pandangannya tertunduk, dengan jemari yang perlahan mengusap beberapa lukanya yang begitu nyeri.
"Minum dulu, ya?" tawar Disyaa. Gadis itu mengambil segelas air putih yang memang sudah ia siapkan sedari tadi.
Ia memberikannya pada Arul, untuk kemudian Sang empunya meneguk perlahan hingga tak menyisakan setetespun di dalamnya.
"Biar gue obatin lukanya," ucap Disyaa.
Disyaa kemudian mengambil kain yang sudah ia lembabkan dengan air hangat, perlahan, gadis itu mulai beraksi, mendaratkan kain tersebut untuk membersihkan beberapa luka pada wajah Arul. Ia melakukan kegiatannya penuh ketelatenan.
Jarak keduanya menjadi dekat, dapat Arul lihat paras gadis itu dengan keseriusannya dalam mengobati banyak luka di wajahnya. Perasaan bersalah seketika merasuki hatinya, ia dibuat sadar, dengan perlakuannya selama ini yang begitu jahat pada Disyaa, tapi, gadis itu bahkan tak pernah membalas hal serupa, malah saat ini, dirinya menjadi tempat pulang yang menyajikan ketenangan, juga obat dari segala sakitnya.
Disyaa merasa diperhatikan, membuat fokusnya terganggu. Ia dengan cepat dan gugup, menghentikan kegiatannya yang memang dirasa cukup untuk mengobati luka-luka itu. Disyaa membereskan kembali peralatan yang ia bawa untuk mengobati Arul, kemudian, gadis itu kembali duduk di dekat Arul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Selesai.
Teen Fiction[Completed] FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA! ............ Jatuh cinta itu tidak salah, hanya jatuh kepada siapa cintanya, itu yang kadang jadi masalah. "Ketika mencintaimu adalah suatu kesalahan besar yang selalu aku benarkan." Perihal cinta yang...