FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!
HAPPY READING!
Disyaa berjalan keluar rumah, dengan segelas teh hangat, juga buku catatannya. Ia kemudian mengambil duduk tepat di teras depan rumahnya. Netranya terpejam cukup lama, menikmati semilir angin malam yang menghembus lembut, berikutnya, ia kembali membuka mata untuk memandang kagum pada bintang-bintang di atas sana.
Kelap-kelip cahaya bintang itu berhasil membawa kedua sudut bibir Disyaa terangkat. Ia menyunggingkan senyum dengan sorot mata penuh rasa kagum.
Melalui suasana malam yang cukup menenangkan, memicu imajinasi tentang diksi-diksi indahnya bermunculan di kepala, gadis itu mengambil alih alat tulisnya, mulai membuka lembaran demi lembaran yang belum terisi ukiran tinta hitam di sana. Melanjutkan aksi, untuk kembali melakukan hobinya setiap waktu, yaitu menulis puisi.
Disyaa mulai merangkai kata pada lembaran kertas itu, dengan ukiran senyum yang tak kunjung pudar. Sampai sebuah titik menjadi akhir dari puisi yang ia buat.
Gadis itu kemudian menatap rangkaian kata melalui tulisannya yang rapih, hingga menampakkan keindahan, tatkala ia membaca puisi tersebut dengan irama yang cukup indah.
"Bagus puisinya," ucap Disyaa, memuji hasil karyanya sendiri.
Disyaa kemudian membuka halaman-halaman puisi yang sudah terlewat, gadis itu kembali membaca satu persatu puisi yang ia buat sejak awal masuk ke SMA TB.
Menyimpulkan setiap kata yang terkandung di dalam puisi tersebut, Disyaa paham betul siapa nama yang ada di balik puisi-puisi yang ia buat sejauh ini.
Di setiap puisi yang ku buat, terdapat kamu di dalamnya.
Disyaa membaca akhir puisi itu di dalam hati, seketika tatapannya sendu ke arah pekarangan rumah. Gadis itu mengusap buku catatannya dengan hembusan napas yang tampak lesu.
"Semua puisinya sedih, kapan ya bisa nulis puisi bahagia tentang kamu?" tanya Disyaa pada dirinya sendiri.
Lamunan Disyaa buyar tatkala knop pintu yang terbuka itu memperlihatkan wanita paruh baya yang sedang berdiri menatapnya dengan raut wajah yang penuh lelah. Ia mengambil duduk di samping Disyaa. Membuat Disyaa dengan gerak cepatnya menutup buku catatan itu. Segera membenarkan posisi duduknya, menatap pada wanita paruh baya di sampingnya yang dikenal sebagai mamanya.
"Mama belum tidur?" tanya Disyaa.
Martini, selaku ibu kandung Disyaa, menggeleng pelan menanggapi pertanyaan dari putri bungsunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Selesai.
Teen Fiction[Completed] FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA! ............ Jatuh cinta itu tidak salah, hanya jatuh kepada siapa cintanya, itu yang kadang jadi masalah. "Ketika mencintaimu adalah suatu kesalahan besar yang selalu aku benarkan." Perihal cinta yang...