FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!
HAPPY READING!
"Gue minta maaf," ujar Monica.
Keduanya kini sedang duduk di teras depan pada jajaran kelas sepuluh. Saat jam istirahat tadi, Monic menemui Disyaa, memanggil gadis itu untuk berbincang sejenak, tentang apa yang mau ia bicarakan pada Disyaa.
Sulit dipahami, ucapan Monic seperti terlontar tiba-tiba, Disyaa melirik pada gadis itu selintas, kedua alisnya terangkat.
"Untuk apa?" tanya Disyaa.
Kekehan kecil itu terdengar. Monic bahkan tak paham lagi, mengapa Disyaa bertanya demikian, padahal menurutnya, dia sudah banyak salah terhadap gadis itu selama ini.
"Lo lupa soal kejadian di lapangan kemarin?" tanya Monica.
Disyaa sejenak berpikir. Meski sudah tahu bahwa dirinya mengingat betul perdebatan antara mereka di lapangan waktu itu, tapi, entah kenapa menurutnya hal itu adalah sesuatu lalu yang tak perlu diungkit lagi saat ini.
"Inget, inget banget malah," jawab Disyaa.
"Gue mau minta maaf soal itu," ungkap Monic lagi. Semakin memperjelas tujuannya untuk menemui Disyaa saat ini.
"Gue jahat banget ya kemarin sama lo?" Monic tertawa hambar, dibuangnya pandangan asal dengan kosong ke arah lapangan. Gadis itu, tampaknya sedang sibuk dengan pikiran yang diselimuti rasa bersalah.
"Udah ngata-ngatain lo di depan banyak orang, padahal gue sahabat lo selama ini," ucap Monic. Genangan air mata itu perlahan mulai terlihat, ia sepertinya memang benar-benar menyesali perbuatan kemarin yang di luar kendalinya.
"Gue kenal lo lebih lama, harusnya gue belain lo, bukan malah ngedukung Alena," lanjut gadis itu.
Disyaa masih terus mendengarkan, dirinya juga merasakan suatu sentuhan tak kasat mata saat ucapan Monic lagi dan lagi berhasil membuat hatinya, kembali mengingat pada kejadian kemarin.
"Harusnya gue gak kayak gini, Syaa," keluh Monic. Netranya berpaling, menatap Disyaa dengan memperlihatkan air mata yang tertahan di sana.
Tangan Monica tergerak untuk meraih tangan sahabatnya itu, gadis itu menatap Disyaa dengan dalam, melalui kedua bola mata yang tampak berlinang.
"Maafin gue, ya? Gue gagal jadi sahabat lo," ungkap Monic. Genangan air mata yang ia tahan perlahan luruh, membuat Disyaa dengan cepat menyeka air mata itu pada wajah Monica.
"Gak apa-apa, Mon, gue udah maafin lo, jangan nangis lagi ya?" kata Disyaa dengan menampilkan senyum tulusnya, sambil menghapus air mata sahabatnya.
"Lo enggak marah sama gue, Syaa?" tanya Monic.
Disyaa menggeleng cepat. "Enggak, kan, lo sahabat gue."
Jawaban itu membuat Monic semakin merasa bersalah. Dengan cepat, Monic merangkul gadis di depannya, semakin membuang tangis di balik pelukan sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Selesai.
Teen Fiction[Completed] FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA! ............ Jatuh cinta itu tidak salah, hanya jatuh kepada siapa cintanya, itu yang kadang jadi masalah. "Ketika mencintaimu adalah suatu kesalahan besar yang selalu aku benarkan." Perihal cinta yang...