FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!
HAPPY READING!
"Arul ... Mari selesaikan suatu kisah yang memang belum pernah dimulai, sebab jika dilanjutkan, akhirnya akan lebih menyakitkan dari hari ini," putus Disyaa, ia berucap sambil tersenyum, tapi, netranya tetap saja tak henti meluruhkan air mata.
Genggaman tangan Arul semakin ia eratkan pada Disyaa. Bahkan dirinya sama sekali tak memberi celah bagi Disyaa melepaskan genggaman itu. Arul menggeleng berulang kali, mencium punggung tangan Disyaa dengan setets air matanya yang ikut jatuh di sana.
"Tolong jangan kayak gini, Syaa, gue gak bisa, gue gak bisa tanpa lo," keluh Arul.
Laki-laki dengan sorot sendunya itu berhasil membuat Disyaa iba. Gadis itu mengalihkan pandangan saat netranya kembali meluruhkan air mata, ia benar-benar tak kuat, menatap Arul dengan sorotnya yang menghipnotis saat ini.
"Lo akan lebih bahagia tanpa gue, lo sendiri yang bilang, kan?" Disyaa bahkan masih ingat, segala sarkasme dari mulut cowok itu yang memang selalu terngiang di kepalanya.
Arul merutuki diri, benar-benar tak menyangka gadis itu akan berucap seperti ini, memutuskan segalanya secara begitu cepat, saat dirinya berhasil dibuat nyaman, saat dirinya merasa menemukan rumah sungguhan sebagai tempat pulang, bahkan saat di titik tersakitnya, masih Disyaa, atau mungkin selalu Disyaa yang ada di sisinya. Tapi, bukankah karena itu juga Disyaa merasa lelah? Lelah dengan segala perjuangan yang tak pernah dibalas sesuai harapannya.
"Mama, Papa, Alena, semua ninggalin gue, dan sekarang lo, Syaa?" Arul menatap visus pada Disyaa.
"Kalau Alena gak ninggalin lo, lo gak akan ada di sini sekarang, Arul," sangkal Disyaa.
"Tapi gue putus sama Alena, Syaa," lontar Arul, ucapan itu bahkan sudah berhasil menampakkan sisi manipulatifnya saat ini.
Disyaa tertawa kecil. "Iya, putus, makanya lo semalem ke rumah gue, kan? Karena cuma gue yang selalu nerima lo, dan cuma gue yang enggak bisa nolak lo dalam keadaan apapun. Lo tau kelemahan gue itu ada di lo, Arul, makanya lo manfaatin gue."
Arul dibuat diam seribu bahasa. Namun, malam itu pikirannya memang selalu diselimuti Disyaa, bagaimana cara menjelaskan pada gadis di depannya bahwa saat bercinta dengan Alena pun, ia bahkan menyebutkan nama Disyaa secara terang-terangan.
"Gue minta maaf untuk semuanya, Syaa," ungkap Arul dengan lirih.
"Gue gak tau, semuanya udah terlanjur bikin gue sakit, rasanya luka di hati gue gak sembuh hanya dengan kata maaf," balas Disyaa dengan begitu jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Selesai.
Teen Fiction[Completed] FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA! ............ Jatuh cinta itu tidak salah, hanya jatuh kepada siapa cintanya, itu yang kadang jadi masalah. "Ketika mencintaimu adalah suatu kesalahan besar yang selalu aku benarkan." Perihal cinta yang...