FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!
HAPPY READING!
"Berdiri yang tegak!" Suara berat mendominasi lapangan Smaver saat ini.
Persiapan latihan dasar kepemimpinan siswa, nampaknya akan dimulai dalam beberapa hari lagi. Oleh karena itu, kini seluruh murid yang mendaftarkan dirinya menjadi calon anggota organisasi siswa intra sekolah dikumpulkan di lapangan saat jam istirahat pertama.
Di antara banyaknya jajaran murid kelas sebelas dan sepuluh yang mencalonkan, Disyaa berdiri pada barisan ujung paling belakang, gadis itu termasuk salah satu calon anggota yang dengan nekat mendaftarkan diri menjadi osis hanya karena tidak mau mendapat bully-an lagi untuk kedua kalinya.
Disyaa trauma, mungkin segala ucapan-ucapan sarkas teman-temannya di SMA TB sudah ia maafkan, tapi, bukan berarti bisa dia lupakan begitu saja. Gadis itu, sejak menginjak kaki pada kota yang terkenal indah setelah hujan, bertekad akan merubah dirinya seratus persen, agar tak lagi direndahkan, dianggap sepele, bahkan dihina untuk kali kedua.
"Hormat grak!" Suara panitia laki-laki dengan nada beratnya kembali terdengar.
Gerakan hormat ke arah bendera merah putih yang berkibar di atas tiangnya dengan sempurna, serentak dilakukan oleh para siswa di lapangan itu.
"Tegak grak! Istirahat di tempat grak!" perintah laki-laki itu lagi.
Selanjutnya, saat seluruh siswa sudah dianggap rapi dengan posisi istirahat di tempat yang dimaksud, laki-laki itu mulai mengambil mic untuk memberi sepatah dua patah kata pada calon anggota, sebagai persiapan acara latihan dasar kepemimpinan siswa yang akan dilaksanakan sebentar lagi.
Kata demi kata terucap, tapi, sudah tak heran lagi, jika pembicara di depan kadang suka lupa waktu. Selalu korupsi waktu karena terlalu nyaman menyampaikan pesan pada para calon anggota organisasi mereka.
Jarum jam yang terletak pada tiang-tiang koridor di dekat lapangan, menunjukkan pukul sembilan siang yang nampaknya, sudah hampir lebih dari sepuluh menit panitia itu berucap tanpa ingin menghentikkan ucapannya. Terik mentari yang semula hangat perlahan merubah euforia menjadi panas. Tetes keringat dengan keringat mulai membasahi wajah adik-adik kelas mereka yang kini bahkan sudah dirasa tak tahan lagi mempertahankan diri untuk tetap berdiri dengan kedua kakinya yang bergetar.
Termasuk, Disyaa. Deru napasnya seolah melemah, gadis itu susah payah, merogoh saku pada rok abu-abu yang ia kenakan untuk mengambil inhaeler karena merasakan masalah pada pernapasannya kambuh. Namun sialnya, alat bantu itu tidak ada di dalam saku roknya. Disyaa berusaha merogoh saku pada seragam putihnya, tapi, tetap saja tidak menemukan inhaeler.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Selesai.
Teen Fiction[Completed] FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA! ............ Jatuh cinta itu tidak salah, hanya jatuh kepada siapa cintanya, itu yang kadang jadi masalah. "Ketika mencintaimu adalah suatu kesalahan besar yang selalu aku benarkan." Perihal cinta yang...