Hai, Selesai. [30]

442 37 5
                                    

FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

HAPPY READING!

Disyaa berjalan dengan wajah yang sumringah ke arah ruang Osis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disyaa berjalan dengan wajah yang sumringah ke arah ruang Osis. Dirinya benar-benar tidak sabar untuk menemui Arul, menunjukkan boneka itu pada pemberinya, juga melakukan pendekatan sebagai perjuangan yang Arul minta semalam.

Langkah demi langkah akhirnya membawa gadis itu tepat pada selasar depan ruang Osis. Meski cukup ragu, gadis itu perlahan tapi pasti, berjalan menuju ambang pintu dengan sedikit mengendap-endap, mengintip di balik jendela ruangan tersebut untuk memastikan ada tidaknya sosok yang ia cari.

Netranya berbinar, tatkala ia menemukan sosok Arul Genta Permana yang sedang terduduk santai di kursi ruangan itu. Langkahnya semakin mendekat, hendak masuk ke dalam ruang Osis tersebut dengan senyum yang senantiasa terukir di kedua sudut bibirnya.

"Aku juga sayang sama kamu, Arul." Suara seorang gadis dengan paras cantiknya itu mendominasi seisi ruangan.

"Kalau gitu kita kenapa gak pacaran aja, Alena?"

"Aku gak mungkin nyakitin perasaan Disyaa, Arul."

DEG!

Hantaman obak seperti menerpa begitu kencang pada dada Disyaa. Degup jantungnya yang semula berpacu karena debaran rasa bahagia, seketika berubah menjadi detak cepat kekecewaan. Ia ingin menulikan telinganya saat ini. Dihadapkan pada kenyataan yang begitu menyakitkan, mengapa semesta sebercanda ini pada kisah asmaranya?

Bahkan, Disyaa baru saja berhasil merasakan hangat peluk seorang Arul Genta Permana kemarin, saat dirinya terkulai lemas tak berdaya, saat Arul merangkul tubuh kecilnya untuk memberi kehangatan pada rasa dingin yang tak kunjung usai, saat tangan Arul tergerak meraih kepalanya pada pangkuan laki-laki itu, juga saat, Arul memakaikan jaket untuknya, dan menarik tangannya agar memeluk lingkar pinggangnya tatkala Disyaa menaiki motor laki-laki itu.

Masih terekam jelas di pikirannya, saat Arul menangkup kedua wajahnya, menatap dirinya begitu lekat dengan sorot teduh, sebelum akhirnya laki-laki itu berucap, dengan nadanya yang memohon, penuh pinta dan penuh harap pada Disyaa, untuk kembali memperjuangkannya sekali lagi.

Lalu, ini apa?

Jemarinya mengepal kuat pada rok abu-abu yang ia kenakan. Matanya memanas, linangan air mata itu tampak ingin runtuh di kedua bola matanya. Belati yang seolah menyayat secara perlahan pada hatinya. Gadis itu benar-benar dibuat mematung di tempatnya berdiri, menyaksikan dua remaja yang bersitatap ke arahnya dengan sorot kosong masing-masing.

Disyaa menggeleng berulang kali, tak mempercayai begitu jahatnya perlakuan seorang Arul Genta Permana padanya. Gadis itu menghempaskan boneka yang semula ia genggam erat, penuh antusias untuk menunjukkannya, namun, di luar terkaan, ia justru lebih dulu ditunjukkan pada suatu fakta yang berhasil membuatnya diam seribu bahasa.

Hai, Selesai.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang