Hai, Selesai. [51]

320 31 2
                                    

FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

HAPPY READING!

HAPPY READING!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bandung, 2019.

Laki-laki dengan postur tubuh tingginya itu turun dari motor, mulai melangkahkan kaki untuk masuk ke halaman rumah Disyaa. Arlan dengan langkah tegapnya, berjalan menuju pintu rumah untuk kemudian mengetuknya. Sesekali mengucap salam, hingga knop pintu terbuka dari arah dalam, dan menampakkan laki-laki yang dikenali, seusia cukup jauh dengannya—Dino.

Dino membukakan pintu, melihat pada siapa yang datang, cowok itu mengernyit heran, tatkala netranya tak menemukan sosok yang ia duga sudah pergi sedari tadi bersama dengan remaja itu.

"Kok lo sendiri sih?" tanya Dino.

Arlan dibuat tak paham, cowok itu menengok ke belakang berulang kali, memastikan bahwa dirinya memang sendiri, lalu, maksud dari pertanyaan Dino itu apa?

"Emang sendiri, Bang, masa jemput Disyaa harus rame-rame?" jawab Arlan sambil terkekeh.

Sayangnya kekehan Arlan justru membuat Dino semakin mengernyit heran.

"Jemput Disyaa?" tanya Dino, dan diangguki oleh Arlan.

"Bukannya dia udah pergi sama lo dari tadi?" kata Dino lagi.

Arlan jelas bingung. Sama sekali ia tak mengerti maksud Dino. Siapa juga yang sudah pergi? Jelas-jelas cowok itu baru saja datang untuk menjemput Disyaa.

"Bercanda ya, Bang? Orang gue baru dateng kok," balas Arlan.

Dino dengan cepat menggeleng. "Enggak, Disyaa beneran udah pergi, katanya pergi check up sama lo."

Dua-duanya terdiam cukup lama, baik Arlan maupun Dino, sama sekali tak paham, pada keadaan yang terjadi saat ini. Arlan yang bingung, juga Dino yang sama bingungnya, karena adik bungsunya itu justru tidak bersama Arlan saat ini.

"Dion sini!" Dino memanggil Dion, untuk memastikan apa yang diucapkannya memang benar, bahwa Disyaa sudah pergi sejak pagi dari rumah.

Tak berselang lama, Dion datang memenuhi panggilan Dino. Cowok itu menghampiri Dino dan Arlan yang sedang termangu sambil berdiri di ambang pintu.

"Kenapa, Bang?" tanya Dion pada Dino.

"Disyaa udah pergi, kan?" Dino memastikan.

Dion mengangguk mantap, seperti tak ada keraguan lagi untuk menjawab. Namun, saat netranya beralih ke arah Arlan, dua alisnya bertaut, mulai ikut menampakkan raut kebingungan.

Hai, Selesai.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang