Hai, Selesai. [32]

457 37 4
                                    

FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

HAPPY READING!

"Lantas siapa yang harus aku percaya?”

"Ini fakta yang lo maksud, Kak?" tanya Disyaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini fakta yang lo maksud, Kak?" tanya Disyaa.

Dua remaja itu rupanya kini terduduk di dalam WBI. Dengan segala kacau melalui pertengkaran di lapangan tadi, Daniel memilih membawa gadis itu ke WBI. Menenangkan dengan sebotol minuman dingin yang semoga saja dapat menetralkan perasaan gadis itu pikirnya.

"Sori," ucap Daniel sembari duduk di samping Disyaa.

Disyaa melirik pada sang empunya, tatapan gadis itu cukup lekat. Dengan sisa-sisa linangan air matanya yang hampir mengering.

"Lo gak salah, Kak, gak usah minta maaf," kata Disyaa.

Hembusan napas berat itu keluar dari mulut Daniel. Cowok itu tertunduk, menatap pada botol minum yang ia pegang sedari tadi.

"Harusnya gue gak ngasih tau lo kalau ada Arul di RO," ujar Daniel dengan intonasi sesalnya.

"Dan ngebiarin gue makin hanyut sama harapan sendiri, gitu?" Disyaa menerka dengan simpulan yang ia dapat dari ucapan Daniel.

Cowok itu mengangkat pandangannya, menatap gadis yang tingginya tak setara.

"Gue gak tega liat lo kayak gini, Syaa," aku Daniel.

Seketika Disyaa dibuat bungkam. Gadis itu seperti terhipnotis dengan ucapan Daniel, melalui sorot teduh yang Daniel pancarkan, sialnya membuat Disyaa hanyut seketika dalam tatap itu.

Seperkian detik, sebelum akhirnya Disyaa mengerjap, menyadari lamunannya dengan dehaman kecil sebagai jawaban.

"Hidup di atas kenyataan yang menyakitkan lebih baik dibanding bahagia di atas sandiwara, Kak," tutur Disyaa.

Keduanya lalu sama-sama terdiam. Menikmati sebotol minuman yang sama-sama mereka genggam. Ditemani riuhnya suara kendaraan yang berlalu lalang, tatapan Disyaa terus kosong ke arah depan, pada ambang pintu WBI yang menampakkan suasana jalanan langsung.

"Setelah ini apa lagi, Kak?" tanya Disyaa tanpa menoleh ke arah Daniel.

Rasa tau diri mulai menghinggapi gadis dengan rambutnya yang setia terkuncir satu. Sedari pagi yang sudah penuh drama menurutnya, bahkan hingga detik ini, rasanya terlalu mustahil jika mengharap suatu bahagia untuk datang, karena pikirnya, semesta sedang bekerja dengan segala luka yang ditujukan padanya.

Tak apa, mungkin hari ini bukan saatnya untuk bahagia. Gadis itu bahkan masih terus mencoba menikmati hari yang penuh kehancuran baginya, dengan pikiran yang terus berandai-andai pada sebuah angan tak pasti.

Setelah ini, pasti ada kabar baik. Setelah ini, pasti semua lebih baik. Bahkan, setelah ini, pasti akan lebih bahagia lagi.

Pola pikir seperti itu terus memenuhi kepala seorang Disyaa Nazaleazura. Sang gadis yang banyak kurangnya, rupanya mempunyai prasangka sebaik itu pada semesta.

Hai, Selesai.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang