Hai, Selesai. [35]

445 37 13
                                    

FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

HAPPY READING!

Derum motor itu semakin pelan, perlahan semakin memudar, melakukan penghentian pada salah satu kursi taman yang terdapat di jajaran beberapa halte pada jalanan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Derum motor itu semakin pelan, perlahan semakin memudar, melakukan penghentian pada salah satu kursi taman yang terdapat di jajaran beberapa halte pada jalanan itu.

Angin malam yang cukup menelisik, membuat kulit yang tak terbalut jaket atau kain tebal semacamnya pun, sedikit merasakan dingin. Disilangkannya kedua tangan di depan dada, dengan alih-alih memeluk diri untuk menghilangkan rasa dingin yang semakin menjalar pada sekujur tubuhnya.

Derumnya yang tak terdengar lagi menjadikan beberapa pertanyaan bagi Disyaa dalam hatinya. Tanpa suatu interaksi, keduanya berada dalam motor yang sama, tanpa melaju melanjutkan perjalanannya.

Rasa hatinya tak tenang, Disyaa maju lebih dekat, sekedar memastikan bagaimana keadaan pengendara motor yang ia tumpangi itu. Gadis itu mendekatkan pandangannya, di balik wajah laki-laki pada sebelah arah pandangnya, Disyaa melihat bagian motor depan dengan teliti, sebelum kemudian melirik pada pemiliknya.

"Kenapa berhenti?" tanya Disyaa pada akhirnya. Awalnya dia hanya ingin diam, tanpa bersuara apapun pada orang di depannya. Namun, rasa penasaran dan hatinya yang tak tenang berhasil mengurungkan niat diamnya saat ini.

Pengendara motor itu adalah Arul. Iya, usai dibuat bimbang dengan dua pilihan, pada akhirnya, Disyaa justru malah memilih Arul, dengan alibi ini adalah kesempatan yang tak bisa ia sia-siakan. Gadis itu bersikeras, dengan pilihannya juga dengan larangan Rivai, sampai akhirnya, Rivai pasrah, mengiyakan jawaban Disyaa dan mengizinkannya untuk pergi bersama Arul.

Entah, jika dibilang bodoh, mungkin itu yang Disyaa rasakan saat ini. Dibuat bodoh dengan perasaan cintanya sendiri yang tak pernah bisa ia kendalikan terhadap Arul.

Arul selintas melirik pada gadis di belakangnya melalui kaca spion motornya. Sejenak, cowok itu tampak berpikir sebelum akhirnya memutar pandangan untuk benar-benar menatap Disyaa melalui sudut matanya.

"Turun," titah Arul. Nadanya tampak ketus, bahkan jauh berbanding saat dirinya mengajak Disyaa untuk pulang bersama tadi.

Disyaa masih terdiam, pikirannya sibuk mencerna, gadis itu bahkan sedikit tersentak saat Arul justru menyuruhnya demikian.

"Lo tuli? Gue bilang turun ya turun!" Perintah itu kembali terdengar dengan ketus.

Disyaa masih mempertahankan diri pada posisinya, gadis itu menggeleng pelan.

"Arul ini udah malem, serius kita mau turun di sini?" tanya Disyaa memastikan, netranya mengedar pada sekeliling jalanan yang tampak sepi itu.

Hai, Selesai.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang