Hai, Selesai. [47]

412 39 11
                                    

FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

HAPPY READING!

"Kamu baik-baik aja, kan, Syaa?" tanya Elandra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu baik-baik aja, kan, Syaa?" tanya Elandra.

Elandra menghampiri Disyaa, saat gadis itu sudah kembali dari UKS bersama Arlan.

"Diapain kamu sama Arlan di UKS?" kata Liya, dengan tatapan sinisnya pada cowok yang kini baru saja duduk di bangku belakang.

"Naon Liya? Kamu nuduh saya?" Arlan menatap Liya yang seolah mencurigainya hal yang tidak-tidak.

"Awas kalau sampe Disyaa ke napa-napa, patah tangan kamu Arlan!" ketus Liya.

Liya beralih menatap Disyaa, yang sejak tadi hanya diam. Tak bersuara banyak, saat sudah benar-benar duduk sambil bersandar pada bangku kelasnya.

"Syaa, gak apa-apa?" Liya bertanya.

Ukiran senyum simpul itu terlukis, Disyaa melirik Liya selintas, sambil mengangguk pelan.

"Aku liat Wattpad semalem, gak sengaja nemu akun kamu, kamu beneran nulis di sana?" Erlanda mengeluarkan ponsel untuk membuka aplikasi oren yang dimaksudnya, jemarinya kemudian mengetik sebuah nama pena, lalu ditunjukkan pada Disyaa.

"Ini, punya kamu, kan?" tanya Elandra, ia sangat yakin, karena salah satu dari tulisan yang terpublikasi di sana, sangat menjadi ciri khas Disyaa.

Disyaa melihat laman itu, terdiam cukup lama, sebelum akhirnya mengangguk mengiyakan.

"Wah, serius udah mulai nulis?" Jemari Liya langsung mencari nama pena temannya itu.

"Baru satu bab, tapi, pembacanya udah seratus loh, Syaa," seru Liya.

Disyaa melirik malas, respons Liya terlalu berlebihan menurutnya. Apa yang diharapkan dari seratus pembaca yang mungkin beberapa di antaranya hanya tidak sengaja membuka, atau hanya mengintip saja.

"Lebay," cibir Disyaa. "Kalian jangan baca, ya?" pinta gadis itu dengan memohon.

Liya dan Elandra sontak menatapnya bingung.

"Kenapa gitu? Kamu nulis juga buat dibaca, kan?" ujar Elandra.

Disyaa mengangguk. "Iya, tapi bukan kalian pembacanya."

Decakan sebal dilakukan oleh Liya. "Ya kalau gitu jangan dipublikasikan neng, neng."

"Please, jangan dibaca, ya?" Disyaa memperlihatkan binar matanya yang penuh permohonan.

"Gak janji, kalau seru ya kita baca, iya gak, El?" kekeh Liya yang dibalas anggukan setuju oleh Elandra.

Disyaa hanya mendengus, untuk kemudian sahutan dari seseorang yang tidak terlalu ia kenali, terdengar dari ambang pintu. Disyaa melihat, pada seorang kakak kelasnya yang tadi banyak bicara di lapangan. Ia dipenuhi tanda tanya, untuk apa orang itu datang ke kelasnya dan memanggilnya?

Hai, Selesai.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang